Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto mempersilakan TNI AD yang memutuskan tetap mempertahankan Enzo Allie sebagai taruna Akademi Militer dengan menanggung berbagai risikonya.Yang paling berat adalah tidak memenuhi syarat, hanya karena apa? Keterpengaruhan. Nah, mau lihat dari mana seseorang terpengaruh? katanya
"Untuk masuk kan ada standart operating procedure, untuk alat tes, khususnya tes untuk mental ideologi," katanya saat dihubungi Antara, di Jakarta, Selasa, menanggapi polemik soal taruna Akmil, Enzo Alllie.
Dalam tes mental ideologi, menurut dia, ada berbagai aspek pertanyaan yang seluruhnya harus dinyatakan memenuhi syarat agar bisa lulus.
"Yang paling berat adalah tidak memenuhi syarat, hanya karena apa? Keterpengaruhan. Nah, mau lihat dari mana seseorang terpengaruh?" katanya.
Baca juga: TNI AD pertahankan Enzo Allie
Keterpengaruhan seseorang dengan sesuatu, apakah paham kiri, kanan, dan sebagainya, kata dia, bisa dilihat, antara lain cara berpakaian, memakai topi, dan sebagainya.
"Untuk kasus Enzo, bagaimana keluarganya di rumah, dengan gambar-gambar, saya gunakan gambar yang di medsos, ya. Bagaimana menggunakan hiking dengan bendera. Bagi saya itu bentuk keterpengaruhan," katanya.
Semestinya, kata Soleman, Enzo tidak memenuhi syarat karena ada unsur keterpengaruhan, apalagi taruna TNI yang mensyaratkan betul-betul harus murni dari pengaruh paham yang bertentangan dengan Pancasila.
"Jadi, terpengaruh itu bagi kita, militer, tidak boleh. Dia tidak boleh ada pengaruh ketika tes, apalagi tes awal. Betul-betul harus murni dia. Kalau ada pengaruh, ya sudah tidak lulus, tidak memenuhi syarat," tegasnya.
Baca juga: Panglima TNI: Enzo memenuhi syarat sebagai prajurit
Ketika Enzo lolos seleksi, kata dia, artinya dari aspek perekrutan ada persyaratan yang dilanggar, sebab sudah menjadi standar penilaian dalam seleksi TNI, termasuk di BAIS.
Apalagi, kata dia, penelitian khusus (litsus) mental ideologi itu sudah bertahun-tahun digunakan dalam rekrutmen TNI, apalagi taruna yang menerapkan zero tolerance.
"Jadi, orang itu betul-betul tidak ada pengaruh ketika dites. Ketika itu ada pengaruh, ya terserah pengambil keputusan. Dia sudah mengambil, ya terserah, dengan segala macam risikonya," kata Soleman.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan, TNI AD memutuskan untuk mempertahankan Taruna Akademi Militer (Akmil) keturunan Indonesia-Prancis, Enzo Zenz Allie.
Baca juga: Menhan tak keberatan Enzo dipertahankan asalkan setia pada Pancasila
Jenderal Andika menyebutkan pihaknya sudah melakukan pengukuran terkait indeks moderasi bernegara Enzo Zenz Allie. Hasilnya, Enzo memiliki indeks moderasi bernegara yang cukup baik.
Enzo sempat menarik perhatian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan videonya viral di media sosial, setelah diajak berbicara bahasa Prancis oleh Panglima.
Enzo diketahui memang fasih berbicara empat bahasa yaitu Bahasa Prancis, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Dia lahir di Prancis, tapi pindah ke Indonesia pada usia 13 tahun setelah ayahnya meninggal dunia dan memiliki status WNI.
Namun, dia diduga terpapar gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang diketahui dari salinan gambar di media sosial Facebooknya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019