"Tidak dianjurkan air terlalu panas karena orang atopik mengalami gangguan produksi kelenjar minyak," ujar dokter spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Pramudia, dr Anthony Handoko, SpKK dalam seminar media di Jakarta, Rabu.
Produksi minyak pada kulit penderita DA umumnya lebih sedikit sehingga kulit lebih kering dibandingkan pada orang sehat. Air hangat bisa menyebabkan minyak di kulit yang berfungsi untuk melembapkan, terbawa keluar.
"Kalau mandi air panas, minyak tubuh yang seharusnya melembapkan kulit kita, terbawa," tutur Anthony.
DA, suatu penyakit kulit kronis tak menular dapat menyerang semua umur dari bayi hingga lansia. Gejala utama penyakit itu antara lain kulit gatal, kering hingga pecah-pecah, ruam kemerahan, dan kulit menebal.
Gejala penyakit itu muncul di lokasi tertentu. Pada anak biasanya di wajah, sikut, kulit kepala, sementara orang dewasa umumnya mengalaminya di lipatan siku, lipatan lutut, leher, seputar mata dan bibir.
Ada beragam faktor yang bisa mencetuskan DA, seperti cuaca terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, debu, daya tahan tubuh turun, stres, gigitan serangga dan riwayat keluarga pernah menderita DA.
Menurut Anthony, penderita DA biasanya juga mengalami gejala penyerta seperti hidung meler atau bersin pada pagi hari, mata merah dan asma.
Baca juga: Mandi air hangat saat puasa percepat kehilangan cairan tubuh
Baca juga: Bolehkah mandi air hangat saat menstruasi?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019