"Pemimpin berikutnya di Demokrat harusnya kader organik partai yang paham betul karakter partainya," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Kamis.
Diakuinya, Partai demokrat di Jatim pada era kepemimpinan Soekarwo banyak menuai pujian, terlebih selama dua periode menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.
Namun, kata dia, ke depan Partai Demokrat memiliki tantangan berhadapan dengan konstituen yang berusia muda sehingga yang lebih dibutuhkan sekarang bukan hanya pemimpin muda visioner, tapi juga paham karakter partai.
Baca juga: Gubernur tak permasalahkan jika Emil dipercaya pimpin Demokrat Jatim
Baca juga: Demokrat Jatim: pemikiran Ibu Ani Yudhoyono brilian
Baca juga: Soekarwo tegaskan tidak hengkang dari Demokrat
Posisi Soekarwo sebagai ketua sejatinya masih menyisakan dua tahun lagi, bahkan musyawarah daerah baru dilaksanakan pada 2021, tapi adanya regulasi di perundang-undangan tentang komisaris utama di BUMN, maka jabatan politik harus dilepas karena jabatannya sebagai Komisaris Utama PT Semen Indonesia, Tbk.
Sejumlah nama pun bermunculan, seperti Emil Elestianto Dardak yang saat ini tercatat sebagai Wakil Gubernur Jatim, kemudian ketua Muda-Mudi Demokrat Jatim Bayu Airlangga, Sekretaris Demokrat Jatim Renville Antonio, bahkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Nama Emil Dardak menjadi yang paling berpotensi, terlebih saat ini mantan Bupati Trenggalek tersebut tercatat sebagai kader partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Menurut Hari Fitrianto, meski Emil Dardak merupakan salah seorang pemimpin masa depan Indonesia yang cukup menjanjikan, tapi dinilainya tak akan optimal jika memimpin partai politik.
"Emil Dardak tipikal pemimpin milenial yang lebih mengedepankan kerja-kerja kolaboratif daripada instruktif. Jika harus memimpin partai maka bukannya tak mampu, namun tidak akan optimal jika berada di eksekutif," katanya.
Dosen FISIP Unair itu juga menyampaikan bahwa rekam jejak Emil Dardak di Trenggalek dalam setengah periode kepemimpinannya membuat kabupaten mampu beranjak dari ketertinggalan.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019