Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 menargetkan penurunan angka stunting atau kekerdilan pada anak menjadi 19 persen pada 2024.
"Dari 30 menjadi 19 persen di tahun 2024," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan usai peringatan Hari Kemerdekaan RI di Kemenkes Jakarta, Sabtu.
Pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi kekerdilan di Indonesia sebesar 30,8 persen. Jumlah tersebut menurun dari tahun 2013 yang sebesar Rp37,2 persen.
Namun angka tersebut masih jauh dari standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan standar maksimal angka stunting sebesar 20 persen.
Mengutip data anggaran kesehatan pemerintah di laman Kementerian Keuangan, anggaran kesehatan tahun 2019 sebesar Rp123,1 triliun yang salah satunya digunakan untuk penurunan prevalensi stunting menjadi 24,8 persen.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya saat menyampaikan RAPBN 2020 dan Nota Keuangan di gedung MPR DPR DPD Jakarta, Jumat, menyampaikan anggaran kesehatan untuk 2020 sebesar Rp132,2 triliun.
Pemerintah juga memperluas cakupan dan intervensi stunting menjadi 260 kabupaten pada 2020 dan menambah peserta penerima bantuan iuran (PBI) JKN menjadi 96,8 juta jiwa.
Oscar mengatakan program penanganan stunting harus terintegrasi, berkolaborasi, dan dalam satu kesatuan dengan program penurunan stunting yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Baca juga: Pemerintah kampanye lintas sektor cegah stunting
Baca juga: Remaja putri anemia berisiko lahirkan anak "stunting"
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019