"Papua kondisinya berbeda dengan Aceh. Tapi konflik bersenjata sering selesai bukan dengan senjata," kata Abdullah Puteh usai menghadiri silaturahmi senator terpilih 2019-2024 di Batam, Kepulauan Riau, Senin.
Ia bercerita, saat berupaya menjalin perdamaian dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dirinya sebagai gubernur bertemu dengan pimpinan GAM, hampir tiap malam untuk meluluhkan hatinya. Namun, tentu saja dengan izin dari Presiden.
Baca juga: Pemkot Malang tegaskan tidak ada pemulangan mahasiswa asal Papua
Abdullah Puteh optimistis, perdamaian di Papua masih bisa diciptakan, dengan cara mengetuk hati orang papua.
"Tempatkan penembak paling mahir, yang dapat 'menembak' hatinya," kata dia.
Baca juga: Kapolri: Situasi di Papua Barat berangsur kondusif
Sebab, ia percaya, bila konflik diselesaikan dengan senjata, maka tidak akan ada yang menang, dan kalah.
"TNI mungkin menang di kota, tapi GAM menang di desa, yang kalah siapa?" katanya bertanya.
Kejadian di Papua, kata dia, dapat menjadi pelajaran, bagaimana menciptakan program di daerah dengan baik.
Pemerintah harus mengentaskan kemiskinan secara komprehensif. Kalau inti masalah itu selesai, maka tidak akan ada yang memberontak.
Senada dengan Abdullah Puteh, anggota DPD RI terpilih lainnya, Fadhil Rahmi mengatakan, pemerintah harus mengambil hikmah dari konflik di Papua.
"Ada ketidakpuasan, ke depan ada hikmahnya, bagaimana daerah harus terpuaskan dengan baik," kata senator daerah pemilihan Aceh itu.
Anggota DPD terpilih lainnya, Edwin Pratama mengatakan konflik di Papua tidak hanya berasal dari dalam, namun juga dari luar.
"Karenanya harus disentuh dari hati, agar terpuaskan mereka. Peran pemerintah dan badan intelijen harus jalan," kata senator terpilih dari Riau itu.
DPD, kata dia, mendukung penuh upaya pemerintah meredakan konflik Papua.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019