Sebagaimana di French Open dan Wimbledon, Christo akan bersaing dalam nomor ganda putra berpasangan dengan petenis Taiwan Hsieh Cheng-Peng.
Baca juga: Indonesia perlu belajar soal dukungan petenis ke Taiwan, kata Christo
Pengalaman pada dua turnamen yang digelar di Prancis dan Inggris itu diakui Christo jadi modal besar menyongsong US Open, di mana ia membidik bisa mencapai putaran ketiga.
"Hasil sebelumnya cukup baik, dan meskipun berhadapan dengan pemain kelas dunia sekalipun, kami berhasil menunjukan bahwa peluang selalu ada," kata Christo dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
"Cukup fokus kepada pertandingan dan menjadikan pengalaman sebelumnya sebagai bahan pembelajaran untuk menunjukan performa yang lebih baik lagi," ujarnya menambahkan.
Baca juga: Christo petik jerih payah 12 tahun wujudkan mimpi tampil di Grand Slam
Christopher/Hsieh punya modal menyingkirkan unggulan ke-16 Austin Krajicek/Artem Sitak (Amerika Serikat/Selandia Baru) dari putaran pertama French Open pada Mei, meski kemudian langkah mereka terhenti dalam putaran 32 besar.
Lantas ketika tampil di Wimbledon, Christopher/Hsieh memberi perlawanan ketat kepada unggulan ke-14 asal Austria Oliver Marach/Juergen Melzer meski langkahnya terhenti di putaran pertama.
Baca juga: Kembali ke nomor ganda, jadi jalan pulang Christo ke Grand Slam
Selain hasil-hasil itu, Christo mengaku ada banyak pelajaran penting dari French Open dan Wimbledon.
"Jam terbang dalam bertanding, sekaligus mental dalam menghadapi rally panjang dan ketat," katanya.
"Ada keputusan-keputusan kritis yang harus diambil dengan cepat pada momen-momen tertentu, dan itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah terasah oleh pengalaman di lapangan. Dan itulah level permainan di kelas Grand Slam," ujar Christo melengkapi.
Baca juga: Christo/Hsieh langsung tumbang di Gstaad
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019