"Teknologi ini mampu menciptakan material karet unggul untuk bahan baku ban kendaraan yang berkualitas," kata Adream Bais Junior, salah seorang dari tiga mahasiswa tersebut di kampus UI Depok, Selasa.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Adream Bais Junior (Teknik Kimia 2015), Shaina Islamey (Teknik Kimia 2017), dan Muhammad Nabil Hifzhan (Teknik Kimia 2017).
Ide pembuatan teknologi lateks hibrida dilatarbelakangi karena bahan baku karet alam belum mampu menghasilkan ban yang berkualitas. Bahan baku karet alam pada pembuatan ban masih menimbulkan berapa permasalahan, seperti suara bising dan daya cengkram yang sangat rendah sehingga mengakibatkan umur ban menjadi pendek.
Adream menjelaskan untuk menghasilkan karet unggul sebagai bahan baku ban yang bagus, Adream dan tim melakukan penggabungan antara karet alam dengan pati. Penggabungan karet dan pati dinilai mampu menghasilkan ban yang mempunyai sifat elastis yang baik dan sifat kekakuan di saat yang sama.
"Dari segi sifat mekanik, lateks mempunyai kelenturan yang baik, tetapi modulus kekakuan yang buruk," katanya.
Dikatakannya material yang mempunyai sifat mekanik berkebalikan dengan lateks adalah pati kentang, dimana pati kentang memiliki modulus kekakuan yang kuat tetapi tidak lentur. Melihat pati mampu menutupi kelemahan dari lateks, menggabungkan kedua material ini akan memberikan lateks yang lebih tinggi modulus kekakuannya atau disebut lateks-pati hibrida.
Untuk menggabungkan material karet dan pati sehingga menjadi bahan baku ban yang bagus, ketiga mahasiswa tersebut menggunakan metode elektrolisis plasma. Metode elektrolisis plasma dinilai mampu menginduksi reaksi penggabungan karet dan pati.
Saat ini ide inovatif ini sedang dalam keikutsertaan ajang Program Kreativitas Mahasiswa dan akan dipresentasikan pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi RI.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019