ACT sebut tujuh provinsi dilanda kekeringan

20 Agustus 2019 18:07 WIB
ACT sebut tujuh provinsi dilanda kekeringan
Direktur Program Distribusi Sosial Aksi Cepat Tanggap Wahyu Novyan memberikan keterangan di Jakarta, Selasa (20/8/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)

Di musim kemarau, akan terdapat banyak kemungkinan peningkatan penyebaran hepatitis A, tifus, malaria hingga demam berdarah, dan penyakit lainnya.

Data yang dimiliki organsiasi kemanusiaan nirlaba Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyebutkan tujuh provinsi di Indonesia dilanda kekeringan yang sudah berlangsung sejak beberapa bulan dan menyebabkan berbagai masalah secara tidak langsung bagi masyarakat.

Direktur Program Distribusi Sosial Aksi Cepat Tanggap Wahyu Novyan di Jakarta, Selasa mengatakan berdasarkan data yang dihimpun dari relawan ACT sebanyak 101 kabupaten-kota, 758 kecamatan, dan 2.620 desa terdampak kekeringan di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

"Berdasarkan data yang kami punya sebanyak 55 kabupaten-kota dan tujuh provinsi di Jawa hingga NTT, kepala daerahnya sudah memberikan statement darurat kekeringan. Sebanyak 101 kabupaten-kota siaga darurat, artinya belum memberikan statement, tapi kondisi makin pelik," kata dia

Untuk di Pulau Jawa, kata Wahyu, beberapa wilayah tidak mengalami hujan hingga dua bulan lamanya. "Bahkan di Kecamatan Cibarusah, Bekasi, saja kesulitan air sejak sebelum bulan Ramadhan. Di Cibarusah kekeringan sejak April, terakhir panen sebelum Ramadhan dan setelah itu tidak punya air," kata Wahyu.

Wahyu mengatakan kekeringan yang terjadi di Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi, sudah terjadi sejak puluhan tahun. Kondisi kekeringan tersebut semakin parah sejak tiga tahun terakhir karena efek dari pemanasan global.

”Hasil dari pemetaan kami, ada lingkaran setan yang perlu diputus. Hal ini karena kemarau yang muncul merupakan dampak dari perubahan iklim yang ekstrem di dunia hingga pemanasan global yang dapat berdampak pada kekurangan gizi pada anak, kemiskinan hingga kematian," kata dia.

Wahyu juga mengatakan kekeringan memang bukan bencana yang bisa secara langsung berdampak pada kematian, namun kekeringan merupakan bencana yang sangat laten. Bencana kekeringan, kata dia, memliki dampak mematikan yang akan berdampak pada generasi mendatang hingga hilangnya generasi emas akibat masyarakat tertimpa berbagai penyakit yang berkaitan dengan kekeringan.

Manajer Senior Aksi Medis Global ACT dr. Rizal Alimin menyampaikan bahwa bencana kekeringan yang menimpa hampir di seluruh daerah Indonesia tentu memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat.

”Di musim kemarau, akan terdapat banyak kemungkinan peningkatan penyebaran hepatitis A, tifus, malaria hingga demam berdarah, dan penyakit lainnya. Meskipun, semua ini akan dipengaruhi juga tingkat keparahan kekeringan di daerah tersebut dan ketahanan fisik warganya," kata dia.

Selain itu, Rizal mengatakan secara jangka panjang pengaruh buruk kekeringan yang berangsur lama akan berdampak pada peningkatan angka kekerdilan bagi anak. Hal ini karena dengan bencana kekeringan ekstrem akan mempengaruhi pola makan, pola asuh hingga sanitasi pada warga yang terdampak.

Baca juga: ACT beri bantuan air bersih-pangan-medis untuk wilayah kekeringan
Baca juga: ACT galang donasi atasi kekeringan

 

Kekeringan, sawah di Rancaekek diairi air bercampur limbah

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019