• Beranda
  • Berita
  • Peneliti LIPI temukan bahan baku obat anti kanker

Peneliti LIPI temukan bahan baku obat anti kanker

20 Agustus 2019 18:27 WIB
Peneliti LIPI temukan bahan baku obat anti kanker
Peneliti obat kanker dari tanaman Bajakah, Yazid Rafli Akbar (ketiga kiri), bersama Aysa Aurelia Maharani (keempat kanan), dan Anggina Rafitri (ketiga kanan) berfoto bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy (keempat kanan) (ANTARA/ Abdu Faisal.
Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jamilah menemukan bahan baku obat anti kanker dari tanaman Calophyllum spp.

"Hasil penelitian kami telah membuktikan bahwa Calophyllum mengandung senyawa aktif anti kanker dan anti malaria serta ketersediaan Calophyllum yang melimpah di Indonesia," kata Jamilah dalam orasi pengukuhan Profesor Riset yang berjudul "Penemuan Senyawa Aktif Baru dari Calophyllum spp sebagai Bahan Baku Obat Antikanker dan Antimalaria" di Jakarta, Selasa.

Dari hasil penelitian, Jamilah menemukan tiga senyawa baru dan 16 senyawa lama yang telah diidentifikasi strukturnya. Tiga senyawa baru tersebut adalah jayapurakumarin yang berupa bubuk kuning muda dan mempunyai aktivitas antikanker dan diperoleh dari tumbuhan Calophyllum soulattri dari Jayapura di Papua.
Baca juga: Berharap sembuhkan kanker, masyarakat Kalteng berburu akar bajakah

Senyawa baru selanjutnya adalah azizkumarin yang aktif sebagai antikanker dari Calophyllum incrasaptum dari Pelalawan, Riau. Kemudian, senyawa calocoumarin juga aktif sebagai anti kanker yang diperoleh dari tanaman Calophyllum tetrapterum dari Gunung Kerinci, Jambi.

"Di Indonesia peluang untuk pengembangan senyawa aktif anti kanker dan anti malaria untuk dijadikan obat anti kanker dan anti malaria pengganti obat impor masih terbuka lebar," ujarnya.

Jamilah menuturkan kanker merupakan penyebab kematian dan kejangkitan yang terbesar di dunia dibandingkan penyakit lain, dan jumlahnya meningkat hingga 70 persen dalam dua dekade.

Sementara malaria adalah penyakit infeksi yang mematikan nomor lima setelah penyakit infeksi saluran nafas, HIV/AIDS, diare, dan TBC.

Jamilah mengatakan tumbuhan Calophyllum spp mempunyai potensi sebagai sumber bahan baku obat kanker dan malaria. Calophyllum mengandung senyawa santon, kumarin, biflavonoid, benzofenon dan neoflavonoid, triterpen, dan steroid yang memiliki aktivitas antiimflamasi, antijamur, antihipoglikemia, antiplatelet, antitumor,
antimalaria dan antibakteri serta antiTBC.
Baca juga: Yayasan Sosialisasi Kanker kenalkan tiga jenis tumbuhan obat kanker

Tanaman Calophyllum tersebar di hampir semua pulau-pulau besar di Indonesia sehingga ketersediaannya sangat melimpah untuk dapat mendukung pembuatan obat anti kanker dan anti malaria.

"Untuk ikut berperan mengeliminasi malaria dan mengatasi penyakit kanker di Indonesia, kami tertarik mencari senyawa baru dari tumbuhan Indonesia, yaitu tumbuhan Calophyllum," tutur Jamilah.

Menurut Jamilah, barvariasinya tumbuhan Calophyllum sebagai sumber bahan baku menuntut banyak riset dan pengembangan agar dapat menghasilkan senyawa baru untuk dijadikan obat anti malaria dan anti kanker yang lebih efektif, aman dan ekonomis.

Untuk mewujudkan industri bahan baku obat anti kanker dan anti malaria yang memanfaatkan bahan baku tumbuhan Calophyllum, perlu dilakukan kerja sama yang terpadu antara institusi penelitian dengan pihak industri agar dapat bersaing dengan harga obat impor.
Baca juga: Obat pereda sakit untuk pasien kanker akan dipromosikan di Jerman
Baca juga: LIPI komitmen untuk kembangkan bahan antikanker dari organisme laut

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019