Peta kebakaran paling luas terjadi di NTT. Walau paling luas dan besar, tidak menimbulkan asap karena yang terbakar adalah rumput.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan kebakaran lahan paling luas berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, namun tanpa mengakibatkan asap yang berdampak buruk pada lingkungan.
"Peta kebakaran paling luas terjadi di NTT. Walau paling luas dan besar, tidak menimbulkan asap karena yang terbakar adalah rumput," kata Doni dalam paparan awal saat Rapat Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Jakarta, Rabu.
Doni mengatakan berdasarkan pantauan tim BNPB di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan, total kebakaran hutan dan lahan saat ini mencapai 135 ribu hektar.
Baca juga: BMKG catat 9 titik panas di NTT
Baca juga: Dalam dua bulan terjadi 57 kebakaran di Bangka Barat
Dia menjelaskan 99 persen penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan merupakan ulah manusia, dan hanya 1 persen yang terjadi disebabkan oleh alam.
Menko Polhukam Wiranto memaparkan dalam paparan awal rapat koordinasi bahwa jumlah titik api fluktuatif pada beberapa waktu belakangan. Namun, jumlah titik api yang terpantau sudah melebihi total titik api yang terjadi di 2018.
Wiranto menjelaskan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah memberikan peringatan terjadinya puncak musim kemarau pada bulan Agustus dan September.
Dia mengatakan pemerintah harus melakukan upaya penanggulangan pada karhutla yang sudah terjadi, serta pencegahan pada kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan semakin meluas.
Rapat koordinasi antar menteri terkait pencegahan dan pengendalian karhutla yang digelar di Kemenko Polhukam juga dihadiri oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko PMK Puan Maharani, Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar, Kepala BNPB Doni Monardo, dan dari kementerian lembaga terkait lainnya.*
Baca juga: 1,5 hektare lahan di Karema Mamuju hangus terbakar
Baca juga: Bupati Lombok Utara instruksikan Kades cegah pembakaran lahan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019