Kadin: RAPBN 2020 rasional

21 Agustus 2019 15:04 WIB
Kadin: RAPBN 2020 rasional
Wakil Ketua KADIN Raden Pardede saat memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Alasan lain mengapa Kadin menyebut RAPBN 2020 rasional yakni karena pihaknya melihat pemerintah menyiapkan "bantalan" di tengah ketidakpastian dunia.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai bahwa Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 yang disusun pemerintah, rasional.

"Kenapa rasional kami sebutkan, pertama kami melihat dari asumsi-asumsi dasarnya di mana asumsi dasar itu di tengah pertumbuhan ekonomi sekarang ini memang tidak bombastis. Asumsi pertumbuhan ekonomi 5, 3 persen, apakah itu mudah? tentu tidak, namun mereka membuat angka supaya bisa bekerja keras, jadi rasional berarti untuk mencapai itu mereka harus bekerja keras," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Raden Pardede di Jakarta, Rabu.

Dia juga menambahkan bahwa alasan lain mengapa Kadin menyebut RAPBN 2020 rasional yakni karena pihaknya melihat pemerintah menyiapkan "bantalan" di tengah ketidakpastian dunia.

Baca juga: Kadin gandeng kampus Singapura tingkatkan SDM perdagangan

Dengan demikian pemerintah dinilai sudah mempersiapkan diri terhadap ketidakpastian, sehingga tidak terkaget-kaget nanti.

Selain itu, RAPBN 2020 juga memberikan sinyal kepada DPR bahwa kalau terjadi ketidakpastian, pemerintah dapat mengajak DPR untuk bersama-sama merevisi RAPBN tersebut.

Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah mendesain RAPBN 2020 secara hati-hati namun responsif dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian.

RAPBN 2020 didesain bertujuan untuk menjaga fiscal space atau pengeluaran tidak terikat Indonesia serta dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian.

Baca juga: Menkeu katakan RAPBN 2020 didesain secara hati-hati namun responsif

Kendati didesain secara hati-hati, RAPBN 2020 juga bersifat responsif yang ditunjukkan melalui kebijakan sisi penerimaan maupun dari kebijakan belanja untuk ikut serta menyelesaikan masalah-masalah fundamental maupun antisipasi terjadi kondisi cyclical.

"Maka dari itu kami juga akan terus menjaga APBN itu sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dengan tetap fokus kepada tujuan kita bernegara," kata Menkeu.

Presiden Joko Widodo dalam pidato RAPBN 2020 serta Nota Keuangannya mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 dipatok sebesar 5,3 persen dengan penggerak utama adalah konsumsi dan investasi. Pemerintah juga menetapkan asumsi ekonomi makro lainnya, yaitu tingkat inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat.

Di tengah kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh ketidakpastian, nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar Amerika Serikat.

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019