Pemerintah RI dan Mozambik telah menyelesaikan negosiasi perjanjian perdagangan preferensial (PTA) terkait sekitar 200 produk.
Penandatanganan PTA RI-Mozambik oleh pemerintah kedua negara, yang semula dijadwalkan di sela-sela penyelenggaraan Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) 2019 di Nusa Dua, Bali, pada Rabu, urung dilakukan karena kesibukan politik dalam negeri Mozambik.
Namun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa proses perundingan telah selesai dan PTA RI-Mozambik siap ditandatangani dalam waktu dekat.
“Perundingan PTA dengan Mozambik adalah satu prestasi besar, karena bisa selesai dalam satu tahun melalui tiga putaran perundingan. Kalau perundingan PTA (dengan negara) lain, (bisa selesai dalam) 10 tahun sudah bagus,” kata Enggar saat menyampaikan pernyataan pers bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di sela-sela penyelenggaraan IAID 2019 di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Penyelesaian perundingan PTA dengan Mozambik merupakan sejarah baru bagi Indonesia karena menjadi perundingan pertama yang diselesaikan dengan negara di kawasan Afrika.
“Bagi Indonesia, perundingan PTA dengan Mozambik adalah tindak lanjut kebijakan dan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan akses ke pasar nontradisional guna mendorong ekspor,” kata Enggar.
Mozambik merupakan pasar potensial karena memiliki pelabuhan laut dan zona perdagangan bebas sehingga diharapkan dapat menjadi pusat aliran produk Indonesia ke kawasan Afrika bagian selatan.
“Dengan telah diselesaikannya perundingan PTA dengan Mozambik, diharapkan dapat memberikan sinyal kuat kepada pengusaha bahwa pemerintah kedua negara berkomitmen meningkatkan hubungan perdagangan,” ujar Enggar.
PTA RI-Mozambik merupakan hasil dari pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Mozambik Filipe Jacinto Nyusi, yang berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara-negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) pada Maret 2017.
Pada saat itu, Presiden Jokowi dan Presiden Nyusi sepakat meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara.
Perundingan PTA RI-Mozambik dimulai pada April 2018 di Bali dan berhasil diselesaikan dalam tiga putaran.
PTA RI-Mozambik
Perjanjian tersebut terbatas pada perdagangan barang yang hanya mencakup produk-produk prioritas serta unggulan kedua negara dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.
“PTA diharapkan dapat memberikan keuntungan dan dampak perekonomian yang cepat serta meningkatkan perdagangan kedua negara. Menurut hasil kajian Kemendag, PTA berpotensi meningkatkan surplus neraca perdagangan Indonesia,” kata Enggar.
Indonesia, lanjut Mendag, memberikan tarif preferensi terhadap sekitar 200 pos tarif kepada Mozambik, di antaranya kapas, tembakau, produk perikanan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan.
Di sisi lain, Mozambik juga memberikan tarif preferensi sekitar 200 pos tarif kepada Indonesia, antara lain pada produk perikanan, buah-buahan, minyak kelapa sawit, margarin, sabun, karet, produk kertas, alas kaki, serta produk tekstil.
Melalui PTA itu, Indonesia memberikan fasilitas penurunan tarif sekitar 20-40 persen untuk produk-produk Mozambik, sementara Mozambik memberikan penurunan tarif sekitar 20-50 persen bagi produk-produk Indonesia.
“Dengan diselesaikannya perundingan PTA dengan Mozambik, kami mendorong agar pelaku usaha Indonesia dapat mulai melihat peluang pasar baru dan memanfaatkan potensi pasar nontradisional,” tutur Mendag.
PTA ini merupakan perjanjian perdagangan bilateral pertama bagi Mozambik. Dengan demikian, produk Indonesia diperkirakan akan lebih kompetitif dibandingkan produk negara lain di pasar Mozambik.
Di samping itu, pelaku bisnis Indonesia dapat mengimpor bahan baku dengan harga yang lebih murah untuk kemudian diolah dan diekspor ke negara lain.
Menurut data dari Kementerian Perdagangan, Mozambik merupakan negara tujuan ekspor ke-17 dan sumber impor ke-18 bagi Indonesia di benua Afrika. Total perdagangan Indonesia-Mozambik pada 2018 tercatat sebesar 91,88 juta dolar AS; dengan ekspor Indonesia senilai 61,4 juta dolar AS dan impor sebesar 30,5 juta dolar AS. Dengan demikian, Indonesia mendapat surplus 30,9 juta dolar AS.
Produk ekspor utama Indonesia ke Mozambik pada 2018 adalah minyak kelapa sawit dan turunannya (27,3 juta dolar AS), sabun (9,8 juta dolar AS), industrial monocarboxylic fatty acids (7,9 juta dolar AS), organic surface-active agents (3,3 juta dolar AS), kertas dan karton (2,8 juta juta dolar AS), karung dan tas (1,5 juta dolar AS), margarin (1,5 juta dolar AS), serta semen portland (1,1 juta dolar AS).
Adapun produk impor utama Indonesia dari Mozambik adalah kacang tanah (22,6 juta dolar AS), tembakau tidak diolah (4,1 juta dolar AS), kapas (2,8 juta dolar AS), bijih mangan dan konsentrat (417 ribu dolar AS), besi paduan (246 ribu dolar AS), kacang polong kering (197 ribu dolar AS).
Sementara itu, total perdagangan Indonesia dengan kawasan Afrika pada 2018 hanya mencapai 11,25 miliar dolar AS, terdiri dari ekspor Indonesia sebesar 4,76 miliar dolar AS dan impor Indonesia sebesar 6,49 miliar dolar AS.
“Dengan populasi Afrika yang sebanyak 1,2 miliar penduduk, total perdagangan Indonesia dan Afrika masih rendah. Pasar Afrika juga masih sangat potensial bagi produk-produk Indonesia guna memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan Afrika,” tutur Mendag.
Baca juga: Luhut: perusahaan Indonesia di Afrika harus memberi nilai tambah
Baca juga: Menlu tugaskan dubes RI petakan potensi kerja sama dengan Afrika
Memetakan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Afrika
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019