“Sebelum berangkat ke sini (Papua Barat), Presiden menyampaikan salam persaudaraan. Sebagai kepala negara, Presiden menyampaikan salam untuk seluruh pejabat dan rakyat di Papua. Salam perdamaian,” kata Wiranto saat bertemu tokoh adat, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat di Manokwari, Papua Barat, Kamis petang.
Wiranto tiba di Manokwari didampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Beberapa saat setelah mendarat di Bandara Rendani, Manokwari, rombongan langsung menuju tempat dilangsungkan dialog.
Ketiga petinggi negara itu melakukan kunjungan ke Manokwari setelah sebelumnya menyinggahi Sorong guna berdialog dengan para tokoh masyarakat, menyusul adanya rangkaian demonstrasi di Manokwari pada Senin (19/8) disusul Sorong pada Selasa (20/8) dan Fakfak pada Rabu (21/8).
Baca juga: Wiranto kobarkan kedamaian di Papua
Baca juga: Wiranto sebut Papua sudah kondusif
Baca juga: Wiranto apresiasi Khofifah minta maaf kepada Gubernur Papua
Wiranto mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyesalkan adanya aksi anarkis di Manokwari dan menegaskan bahwa informasi yang beredar soalnya adanya penghinaan dan pelecehan terhadap orang Papua. Hal itu bukan berasal dari pemerintah, melainkan dari oknum yang tidak bisa menahan diri.
Menko Polhukam menyebutkan, hinaan, ejekan dan cacian, bukan hanya dialami oleh orang Papua saja.
Presiden Jokowi pun sudah sering menjadi objek hinaan, namun sebagai seorang pemimpin, Presiden selalu sabar memaafkan mereka yang menghina.
Wiranto juga mengatakan, Indonesia adalah negara yang beraneka ragam suku bangsa mencapai 714 dan lebih dari 1.000 bahasa daerah. Namun proses sejarah telah meneguhkan bangsa ini dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai harga mati, mulai dari Aceh sampai Papua.
Baca juga: Kapolri-Panglima TNI-Menkopolhukam tinjau situasi Manokwari pascarusuh
Baca juga: Pemprov Papua Barat Jamin Manokwari sudah aman
Baca juga: Majelis Rakyat Papua minta penghina ras Papua diusut
Keragaman ini, lanjut dia, juga membawa kerentanan. Bahkan mengelola keragaman juga bukanlah pekerjaan yang mudah, namun cita-cita para pendiri bangsa ini telah membuahkan hasil bahwa angka pertumbuhan ekonomi membaik
Indonesia diramalkan akan masuk dalam empat besar negara negara kuat pada 2045 dan tiga besar pada 2050.
Yang penting, menurut dia, pemerintah dan masyarakat serta berbagai elemen bangsa bisa menjaga stabilitas politik, keamanan dan sosial. Hal itu hanya bisa diwujudkan melalui persatuan kuat sebagai modal membangun bangsa.
Pewarta: Toyiban
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019