• Beranda
  • Berita
  • Kedatangan ilmuwan diaspora bukan menggurui tapi berkolaborasi

Kedatangan ilmuwan diaspora bukan menggurui tapi berkolaborasi

26 Agustus 2019 16:09 WIB
Kedatangan ilmuwan diaspora bukan menggurui tapi berkolaborasi
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan sambuta pada acara pembukaan Kongres Diaspora Indonesia ke-5 di Jakarta, Sabtu. (ANTARA/Yuni Arisandy)
Ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini berkarir di Inggris Bagus Putra Muljadi mengatakan kedatangan diaspora ke Tanah Air melalui Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) bukan untuk menggurui para akademisi di dalam negeri melainkan untuk berkolaborasi.

"Kami datang bukan untuk menggurui, tapi berkolaborasi karena Indonesia memiliki banyak ilmuwan hebat berkelas dunia," ujar Bagus yang saat ini menjabat sebagai Asisten Profesor di Departemen Teknik Kimia dan Lingkungan University of Nottingham tersebut  di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan riset yang memiliki dampak besar harus dilakukan secara kolaboratif dan multidisiplin. Selain itu, SDM Indonesia juga memiliki jaringan internasional. Hal itu yang ingin dibangun Kemenristekdikti.

Terkait multidisiplin ilmu, Bagus memberi contoh dirinya yang menekuni berbagai bidang ilmu. Setelah lulus sarjana pada program studi teknik mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian melanjutkan pascasarjana pada bidang mekanika terapan. Selanjutnya "post doctoral" di bidang ilmu bumi dan matematika.

"Justru karena saya memiliki disiplin ilmu berbeda tersebut, saya sering mendapatkan tawaran penelitian," kata dia.

Sebelumnya, ia dan Kemenristekdikti bekerja sama dalam menjembatani para dosen Indonesia untuk melanjutkan studi doktoral di Nottingham, Inggris, melalui program Indonesia Doctoral Training Partnership. Melalui program tersebut, setiap mahasiswa dibimbing sehingga jurnal yang dihasilkan bertaraf internasional. Dampaknya, kampus Indonesia akan mendapatkan jurnal yang bagus, serta peringkatnya semakin baik.

"Mahasiswa dalam program itu, juga akan menjadi agen pengetahuan dan teknologi kampus itu di luar negeri. Sekarang, Universiity of Nottingham tidak hanya ikut bagian dalam pengetahuan, tetapi juga turut membiayai," katanya.

Ke depan, dia berharap semakin banyak kerja sama yang bisa dilakukan diaspora dengan perguruan tinggi dalam negeri, baik itu dalam penelitian maupun pembuatan jurnal internasional bersama.

Sejak empat tahun terakhir, Kemenristekdikti mengundang para ilmuwan diaspora Indonesia melalui ajang SCKD. Ilmuwan diaspora Indonesia yang dimaksud adalah ilmuwan asal Indonesia yang saat ini berkarir di sejumlah perguruan tinggi di luar negeri. Melalui kegiatan tersebut, para diaspora disebar ke sejumlah perguruan tinggi di daerah untuk menjalin jejaring, membuka akses kerja sama luar negeri, dan juga membimbing dosen dalam penulisan jurnal.

Dari hasil SCKD 2018 lalu, kolaborasi antara ilmuwan diaspora Indonesia dengan ilmuwan dalam negeri telah menghasilkan 25 jurnal yang sedang dikaji, 30 jurnal yang sudah didaftarkan, 18 jurnal manuskrip, 35 jurnal yang sudah diterima, 28 prosiding, 90 jurnal yang sudah publikasi,dan 18 konferensi hingga kursus pendek di universitas terbaik dunia.

Baca juga: Kemenristekdikti lakukan pemetaan ilmuwan diaspora
Baca juga: Kemenristekdikti : diaspora bangun Indonesia dari belahan dunia
Baca juga: Diaspora bahasakan manajemen talenta sebagai "Kopassus Ilmuwan"

 

Pewarta: Indriani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019