Pelaksana tugas Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Patdono Suwignjo mengatakan bahwa kegiatan Forum Inkubator Bisnis Teknologi juga menghadirkan dan mengajak ahli inkubator dari China dan Australia serta beberapa negara lain untuk saling memberikan informasi.Dengan tersebarnya inkubator yang mempunyai keahlian pada bidang-bidang yang lebih spesifik, diharapkan apat memenuhi target start up company setiap tahun sejumlah 700.
"Forum ini juga bisa digunakan sebagai ajang pembangunan jaringan antara inkubator dari negara-negara lain dengan inkubator yang ada di Indonesia, baik berupa berbagi pengalaman untuk menghasilkan start up company sesuai target tiap tahun sebanyak 700," katanya di Denpasar, Bali, Senin.
Ia menjelaskan, pengembangan Inkubator di Indonesia tidak hanya ada di bawah Kemenristekdikti, tetapi juga ada dari kementerian lain, ada juga dari Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK).
Dengan tersebarnya inkubator yang mempunyai keahlian pada bidang-bidang yang lebih spesifik, diharapkan apat memenuhi target start up company setiap tahun sejumlah 700.
Baca juga: Kemenristekdikti lakukan pemetaan ilmuwan diaspora
orum Inkubator Bisnis Teknologi ini bertujuan untuk lebih mengoptimalkan llmu pengetahuan, sharing dan networking terkait pengembangan inkubator di Indonesia. Selain itu, juga melalui forum ini, para wakil inkubator yang hadir dapat membangun sinergi dan koordinasi dengan instansi/kementerian/lembaga serta stakeholders yang berhubungan dengan inkubator bisnis teknologi (IBT) di Indonesia.
Stakeholders yang hadir pada Forum IBT, di antaranya Asosiasi Inkubator Indonesia (AIBI),Incubie STP IPB, CREEDA Australia, dan World Intelegent Incubation Network China dan Stakeholders lainnya yang berperan dalam pengembangan Inkubator di Indonesia.
Dengan target yang diberikan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk menghasilkan 3.500 Technopreneur [ada 2020 - 2024, Suwignjo mengimbau peserta dapat belajar dari cara-cara yang diterapkan di luar negeri.
Salah satu program yang dilakukan untuk dalam mengembangkan inkubator ini adalah dengan cara belajar dari Inkubator negara asing. Salah satunya dengan mengadopsi Ilmu dari Taiwan, Armenia, Finlandia, China, dan Australia.
"Kita dapat belajar dari inkubator negara lain yang sukses ya kita belajar dari Taiwan, kita belajar dari Armenia, kita belajar juga dari Finlan, Australia dan juga China dengan sistem sharing pengalaman, ini juga penting buat kita," jelasnya.
Baca juga: Wapres JK: "Start Up Business" di Indonesia harus untung
Dari 20 start up company yang sukses di Asia, 11 di antaranya berasal dari China dengan maturitas yang lebih tinggi. Suwignjo mengimbau dalam forum tersebut sesama Inkubator di Indonesia dapat menggali sebanyak-banyaknya pengetahuan dan pengalaman China dalam menghasilkan start up company yang sukses.
Di samping itu, terkait dengan keberhasilan start up company dalam bertahan, dan juga menunjang keberadaan Inkubator di Indonesia tentu dipengaruhi dari komponen penting yang dinamakan Angel Investor, yang r memiliki arti bahwa suatu pengusaha yang mau membiayai atart up company.
"Nah di Indonesia salah satu kelemahannya bisa dikatakan tidak ada angel Investor, sehingga apabila dibandingkan dengan luar negeri, sesuatu yang sangat penting dalam menentukan kemampuan inkubator untuk menghasilkan start up company yaitu angel investor, jadi di Indonesia belum ada maka salah satu tugas kita bagaimana untuk mempengaruhi para pengusaha supaya mau menjadi angel investor,"tegasnya.
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019