Hal itu diungkapkan Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony di Jakarta, Selasa menanggapi kinerja dan pendapatan BJB hingga kuartal kedua tahun ini sebesar Rp800 miliar atau mengalami penurunan dibandingkan 2018.
"Dengan meningkatnya dana yang dihimpun BJBR bisa meningkatkan kredit dan seperti yang sudah direncanakan perusahaan untuk mulai menggunakan QR code," ujarnya melalui keterangan tertulis .
BJB bersama dua bank daerah lainnya yakni PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) melantai di BEI.
BJB mengalami kemerosotan dan kerugian cukup siginifikan di 2019, pasalnya, kapitalisasi pasar bank tersebut terpangkas hingga Rp4,09 triliun.
Sebagaimana tercatat dalam publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI), per akhir 2018 Bank BJB memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp19,68 triliun. Per akhir perdagangan Senin, melansir data RTI, kapitalisasi pasar Bank BJB hanya tersisa Rp15,59 triliun.
Selain itu, sepanjang tahun 2019 hingga penutupan perdagangan pada 8 Agustus 2019 harga saham Bank BJB sudah anjlok dan match hingga 22,68 persen, dari Rp2.050/unit menjadi Rp1.585/unit.
Faktor fundamental sendiri disinyalir menjadi alasan utama di balik ambruknya harga saham Bank BJB di sepanjang tahun 2019. Pada tanggal 25 Juli 2019, perusahaan merilis kinerja keuangan periode semester I-2019.
Hasilnya, laba bersih perusahaan tercatat anjlok hingga 11,2 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp803 miliar. Pada semester I-2018, laba bersih perusahaan adalah senilai Rp903 miliar.
Baca juga: QR code Bank BJB akan diluncurkan akhir Agustus 2019
Baca juga: Pengelolaan risiko sangat baik, Bank BJB raih Top GRC 2019
Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019