"Saya akan jadwalkan ulang, dan tim saya akan datang ke mereka untuk menunggu waktu yang tepat," ujarnya kepada wartawan saat konferensi pers di salah satu hotel di Surabaya, Selasa malam.
Sebelumnya, sekitar pukul 17.30 WIB, rombongan Gubernur Papua yang didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa tiba di asrama mahasiswa Papua, namun kedatangan mereka ditolak, bahkan penghuninya dari dalam berteriak-teriak enggan bertemu siapapun.
Menurut dia, sikap penolakan tersebut berawal dari kurangnya koordinasi, kemudian terlalu cepat sehingga muncul emosi.
"Tapi, tidak apa-apa, yang penting kita aman, Jatim aman, Papua aman dan di mana-mana aman," ucap orang nomor satu di Pemprov Papua tersebut.
Gubernur Lukas juga mengaku belum mengetahui secara pasti data penghuni di asrama Jalan Kalasan, termasuk kepastian jumlah maupun status kemahasiswaannya.
"Kami belum tahu, apakah di dalam itu mahasiswa semua atau ada yang tidak kuliah. Yang pasti, nanti saya koordinasikan dulu dengan tim untuk dijadwalkan ulang," katanya.
Sementara itu, disinggung tentang pemasangan spanduk bertuliskan "Lepas Garuda" dan "Referendum is Solution" di pagar asrama tepat setelah rombongannya pergi, Lukas Enembe mengaku sudah mengetahuinya dan menegaskan bahwa sikap (referendum) menjadi wewenang di Pemerintah Pusat.
"Saya sudah melaporkan ke Presiden tentang hal itu. Yang jelas, Papua tetap bagian Indonesia," katanya menegaskan.
Pada kesempatan konferensi pers tersebut, turut hadir Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019