""Ya jadi di teknologi pangan sekarang kita menampilkan Purula ya, makanan untuk mengurangi resiko lahirnya bayi stunting, karena angka stunting di Indonesia relatif masih tinggi yaitu sekitar 30 persen," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Soni Solistia Wirawan di pameran Ritech Expo 2019, Bali, Selasa.
Inovasi pangan itu mampu membantu meningkatkan asupan zat besi sehingga potensi lahirnya bayi stunting dapat dicegah.
Baca juga: Milenial berkontribusi bawa Indonesia keluar dari "middle income"
Purula menjadi salah satu inovasi yang dihasilkan BPPT yang akan segera dikomersialisasikan.
Purula dikembangkan oleh Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) BPPT, yaitu berupa abon tabur yang terbuat dari hidrolisat kedelai dan rumput laut, diperkaya dengan zat besi dan vitamin, serta diformulasikan dalam bentuk makanan untuk meningkatkan asupan zat besi dalam rangka mencegah anemia.
Pada pameran itu, BPPT juga menampilkan berbagai produk teknologi dan inovasi diantaranya Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue (DBD), pot filter keramik dan e-voting.
Baca juga: Nasir buka 18 kegiatan ilmiah di Bali peringati Hakteknas ke-24
Soni menuturkan uji coba untuk makanan Purula telah dilakukan di bebapa tempat diantaranya di Rangkasbitung. Purula itu juga dapat dinikmati pengunjung yang datang ke pameran Ritech Expo 2019 di Bali seperti pelajar.
"Kalau kita makan dari rutin Purula, maka kekurangan zat besi bisa dicegah," tutur Soni.
Salah satu pengunjung yang merupakan seorang pelajar perempuan yang bernama Cinta menikmati Purula yang disajikan di atas nasi.
"Rasanya enak," tuturnya.
Baca juga: Menristekdikti harapkan dana abadi dapat tembus Rp30 triliun
Cinta bahkan meminta kepada ibunya yang menemani dia di pameran itu untuk membeli produk itu, namun produk itu belum dijual di pasaran.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019