• Beranda
  • Berita
  • Tak ada latihan khusus bagi Ahsan/Hendra, satu hal ini kuncinya

Tak ada latihan khusus bagi Ahsan/Hendra, satu hal ini kuncinya

28 Agustus 2019 00:54 WIB
Tak ada latihan khusus bagi Ahsan/Hendra, satu hal ini kuncinya
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan (kanan) dan Hendra Setiawan berusaha mengembalikan kok ke ganda putra Indonesia Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto pada babak semifinal Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 di St. Jakobshalle, Basel, Swiss, Sabtu (24/8/2019). Ahsan/Hendra masuk ke babak final setelah menang dengan skor 21-16, 15-21, 21-10. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan mengatakan tak ada latihan khusus yang diberikan kepada mereka dari pelatih namun ada satu hal yang menjadi kunci bagi pasangan berjuluk The Daddies itu untuk merebut gelar juara dunia tahun ini.

Di final Kejuaraan Dunia BWF di Basel, Swiss, Ahsan/Hendra yang menjadi unggulan keempat mengalahkan unggulan ke-12 asal Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dalam pertarungan tiga gim 25-23, 9-21, 21-15.

"Menjaga kekompakan itu dari segi komunikasi. Di ganda itu komunikasi yang terpenting," kata Hendra setibanya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Selasa malam.

Menerapkan komunikasi yang baik, sejak babak awal hingga final di Basel, pasangan peringkat dua dunia itu pun hanya kehilangan dua gim sebelum memboyong medali emas kejuaraan dunia.


Baca juga:Juara dunia dan All England, Ahsan/Hendra kini incar tiket Olimpiade

Baca juga:Tiba di Tanah Air, juara dunia Ahsan/Hendra disambut kalungan bunga



Dengan kemenangan atas pasangan Jepang itu, Hendra menyamai rekor empat medali emas yang diraih Cai Yun dan Fu Haifeng asal China sebagai sebagai atlet terbanyak yang memperoleh gelar juara dunia ganda putra. Salah satu medali emas Hendra diraih ketika berpasangan dengan Markis Kido pada 2007.

Hendra juga menyamai rekor kemenangan Liliyana Natsir di kejuaraan dunia. Sedangkan Ahsan baru tiga gelar, yang semuanya diraih bersama Hendra (2013,2015 dan 2019).

Ini juga menjadi pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, sejak Cai dan Fu pada 2009, juara All England meraih gelar di Kejuaraan Dunia pada tahun yang sama.

"Alhamdulillah bisa juara dunia lagi. Bagi saya final merupakan pertandingan paling berkesan karena semua orang ingin juara. Atmosfernya juga beda, lawan kami lebih muda dan kuat. Kita juga mau bertarung di hari kemerdekaan ini." kata Ahsan.

Ahsan mengakui jika tak ada latihan yang dibedakan antara mereka dengan para pemain muda seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di pelatnas Cipayung.

"Porsi latihan sama dengan yang muda-muda. Kami sendiri tidak mau kalah," kata Ahsan.

Sementara itu Hendra (35), yang menjadi pemain tertua di kejuaraan tersebut, bersyukur masih bisa tampil prima dan merebut gelar untuk kali keempatnya.

"Tidak menyangka, tapi saya bersyukur masih bisa main sampai sekarang," kata Hendra.


Baca juga:Hasil Kejuaraan Dunia puaskan pelatih ganda putra Indonesia

Baca juga:Sindhu tunggal putri India pertama yang jadi juara dunia










 

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019