Arena pameran kedirgantaraan terbesar di Eropa Timur, MAKS 2019 di Bandara Internasional Zhukovsky, Moskow, Selasa waktu setempat, menjadi arena pertama kali bagi Sukhoi Su-57E menunjukkan dirinya kepada publik.Sukhoi yang sejak beberapa waktu lalu digabungkan ke dalam Rostec --BUMN Rusia di bidang kedirgantaraan dan persenjataan-- menghadirkan keempat Su-57E dengan tujuan pasar ekspor; kode E dalam namanya merupakan kode untuk pasar ekspor
Sempat disebut-sebut baru akan diperagakan kebolehannya kepada publik pada Dubai Airshow 2019 di Dubari, Uni Emirat Arab, pada November nanti, ternyata kemunculan Sukhoi Su-57E yang digadang-gadang bisa meladeni F-35 Lightning II dan F-22 Raptor buatan Lockheed Martin di udara, “dipercepat” dua bulan dan itu dilakukan di tanah kelahirannya sendiri, Rusia.
ANTARA yang hadir di arena MAKS 2019 (Mezhdunarodnyj Aviatsionno-Kosmicheskij Salon) menyaksikan secara langsung keempat pesawat tempur dengan rancang-bangun stealth itu terbang di udara membentuk formasi diamond. Setelah bermanuver beberapa saat, formasi itu berubah dan dua di antara mereka memeragakan simulasi duel di udara.
Manuver kobra alias manuver Pugachev yang menjadi ikon kehadiran keluarga Sukhoi Su-27 Flanker juga dapat dilakukan secara mudah oleh Su-57E, yang sampai saat ini belum ada nama julukan (nickname) resminya.
Baca juga: Duta besar Rusia minta Indonesia tunggu proses produksi Sukhoi Su-35
Tidak cukup hanya itu, manuver tegak lurus hasil dorongan dua mesin Saturn AL-41F-1S alias 117S dengan daya dorong 176 kiloNewton/33.000 pound dengan after burner, rasio thrust-to-weight 10,5-11,1 menjadikan dia dapat mengangkasa secara mudah.
Sukhoi yang sejak beberapa waktu lalu digabungkan ke dalam Rostec --BUMN Rusia di bidang kedirgantaraan dan persenjataan-- menghadirkan keempat Su-57E dengan tujuan pasar ekspor; kode E dalam namanya merupakan kode untuk pasar ekspor.
Pada MAKS 2019 yang memasuki tahun ke-25 penyelenggaraannya, adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin, sendiri yang membuka secara resmi dengan tamu kehormatan Presiden Turki, Recep Erdogan. Turki belakangan ini menggegerkan dunia pertahanan internasional dengan memborong sistem peluru kendali anti wahana udara S-400 Triumph dari Rusia.
Langkah itu membuat gusar Amerika Serikat yang sebetulnya memiliki sistem serupa, yaitu MIM-104 Patriot buatan Raytheon. Tidak ayal, Turki dikeluarkan dari konsorsium pengembangan F-35 Lightning II oleh Amerika Serikat.
Baca juga: KSAU: kontrak pembelian Sukhoi Su-35 masih terus berjalan
MAKS 2019 yang dijadwalkan berlangsung pada 27 Agustus hingga 1 September nanti diikuti 635 peserta dari 36 negara selain Rusia. Arena Bandara Internasional Zhukovsky yang sangat luas berubah menjadi arena pameran berbagai jenis pesawat terbang --sipil dan militer, sayap tetap dan sayap putar-- yang sangat menarik bagi pecinta kedirgantaraan.
Dari Rusia, nama-nama terkenal di dunia penerbangan internasional hadir, di antaranya Sukhoi, MiG, Ilyushin, Antonov, Beriev, helikopter Mil, Kamov, dan Kaman.
Di arena pameran statis, terpajang Sukhoi Su-35S Flanker E atau Super Flanker yang masih dalam proses akuisisi sejak bertahun-tahun lalu untuk dapat masuk dalam daftar arsenal TNI AU. Jika nanti masuk, maka Su-35 itu akan menggantikan F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU.
Baca juga: Kebakaran di pameran dirgantara India hancurkan ratusan mobil
Bukan saja produk terkini dengan teknologi yang canggih yang dipamerkan, karena ada juga warisan Perang Dingin, di antaranya pembom strategis lintas benua Tupolev Tu-95 Bear, pesawat transport supersonik pertama dunia Tupolev Tu-144 yang sangat mirip dengan Concord buatan bareng Inggris dan Prancis sehingga sering dipelesetkan menjadi Concordski, hingga Tupolev Tu-22M Backfire, Tu-160 Blackjack, dan MiG-21 Fishbed.
Dari belahan dunia lain, juga hadir Airbus yang membawa A350-900, Embraer dari Brazil yang membawa E195-E2 untuk pertama kalinya keluar dari negara itu, dan delegasi China yang datang dalam jumlah masif.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019