Sekitar 2.000 hektare sawah di Sumatera Selatan (Sumsel) terdampak kekeringan akibat kurangnya pasokan air di beberapa kabupaten wilayah barat provinsi tersebut.Mungkin hanya ada kekurangan produksi sekitar 10 sampai 20 persen per hektarenya di sawah yang kering
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan, Antoni Alam, Rabu, mengatakan kekeringan tahun ini akibat musim kemarau yang lebih panjang, dengan hari tanpa hujan mencapai dua bulan.
"Memang tragis kekeringan tahun ini, bahkan di Kabupaten Empat Lawang yang sawahnya mengandalkan irigasi pedesaan sudah 60 hari tidak hujan, aliran air pegunungan pun sudah mengering," ujar Antoni Alam.
Pihaknya sudah mengupayakan pompanisasi dan pembuatan sumur-sumur dangkal di wilayah terdampak kekeringan, namun upaya tersebut tidak maksimal lantaran sumber air sangat sedikit.
Meski demikian, kata dia, kemungkinan gagal panen tidak terlalu besar karena tanaman padi yang terdampak kekeringan rata-rata berumur 75 hari, sehingga masih sempat untuk dipanen.
"Mungkin hanya ada kekurangan produksi sekitar 10 sampai 20 persen per hektarenya di sawah yang kering," kata Antoni.
Selain itu kekeringan tidak akan mengurangi target penambahan produksi 1 juta ton gabah kering di Sumatera Selatan sampai akhir 2019, sebab provinsi itu masih memiliki sawah pasang surut yang tidak terdampak kekeringan.
"40 persen sawah di Sumatera Selatan itu lebak dalam, justru pada saat kering seperti ini mulai penanaman. Itulah sebabnya Kementerian Pertanian mulai mendorong Sumatera Selatan menjadi lumbung pangan karena potensi di sini sangat besar," ujar Antoni.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019