"Jumlah perusahaan rintisan pada 2014 hanya ada delapan hingga 12 perusahaan, tapi saat ini jumlah perusahaan rintisan meningkat tajam mencapai 1.325 hingga 1.350 perusahaan rintisan," ujar Nasir pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) di Denpasar, Bali, Rabu.
Dia menjelaskan bahwa produk-produk perusahaan rintisan sudah ke dalam tahap komersialisasi. Berbeda pada beberapa tahun yang lalu, yang hanya dalam bentuk purwarupa atau prototipe saja.
Menurut dia, Indonesia lebih banyak memproduksi hasil-hasil inovasi. Bandingkan dengan Iran, kata Nasir, dalam waktu 10 tahun hanya sekitar 1.000 inovasi saja.
"Indonesia dalam kurun waktu lima tahun bisa hasilkan 1.350 inovasi. Artinya apa? Indonesia memiliki potensi yang besar dan kemungkinan perusahaan rintisan bisa berjalan dengan baik," katanya.
Ke depan, dia berharap akan semakin banyak lagi perusahaan rintisan yang menciptakan inovasi. Sejumlah program dari Kemenristekdikti berusaha untuk membina para perusahaan rintisan tersebut.
"Apa yang dibutuhkan saat ini, yakni ekosistem yang baik di setiap kementerian, karena kementerian adalah pengguna. Dengan adanya UU Sistem Nasional Iptek akan memacu semua lembaga riset melahirkan inovasi, karena menjadi satu di bawah badan riset Nasional," kata Nasir.
Baca juga: Wapres: inovasi bermakna jika dapat dikomersialkan
Baca juga: Menristekdikti dorong kebangkitan "startup" daerah
Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019