Pelestarian seni budaya terus didorong di NTB

28 Agustus 2019 19:08 WIB
Pelestarian seni budaya terus didorong di NTB
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr Hj. Sitti Rohmi Djalilah. (FOTO ANTARA/Nur Imansyah).

Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa daerah, adat istiadat, tradisi budaya dan ribuan pulau adalah kekuatan dan keindahan yang perlu dijaga dan dilestarikan

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hj. Sitti Rohmi Djalilah terus mendorong pelestarian seni dan budaya daerah itu karena di dalam seni tidak ada sekat-sekat perbedaan.

"Tetapi justru keterpaduan di antara anak bangsa yang memainkan peran satu sama lain sehingga melahirkan seni," katanya di Mataram, Raby.

"Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa daerah, adat istiadat, tradisi budaya dan ribuan pulau adalah kekuatan dan keindahan yang perlu dijaga dan dilestarikan," tambahnya.

Wagub yang lebih akrab disapa Umi Rohmi itu menegaskan, NTB yang memiliki dua pulau besar yaitu pulau Sumbawa dan Lombok, serta didukung khazanah budaya yang kaya dan beragam adalah keindahan yang harus selalu dijaga dan dilestarikan.

Karena itu, keberagaman seni budaya daerah ini, menurut Umi Rohmi selain menjadi kekuatan dan keindahan hidup di NTB, juga memberi kekuatan pemikat atau daya tarik bagi semua pihak untuk berkunjung dan mencicipi destinasi pariwisata yang ada.

"Mari terus kita perbanyak event budaya, sehingga akan memberikan manfaat ganda. Satu sisi melestarikan nilai-nilai budaya daerah, sekaligus menghidupkan sektor pariwisata untuk kesejahteraan rakyat," katanya saat pentas kebangsaan dalam rangka HUT ke-74 RI di Taman Budaya NTB.

Selain pelestarian seni budaya, Wagub juga mengingatkan masyarakat dan kaum milenial untuk menciptakan lingkungan yang asri dan lestari, dengan cara menjaga kebersihan.

"NTB bebas sampah, harus menjadi gerakan bersama, karena dengan lingkungan yang bersih, bebas dari sampah plastik, limbah dan sampah atau sisa makanan, bukan saja akan menambah keindahan NTB, tetapi juga rakyat sehat dan sejahtera," katanya.

Ia mengatakan dengan membiasakan diri memilah sampah dari rumah tangga masing, maka sampah dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk barang-barang produktif.

Contohnya. seperti sampah sisa makanan dapat diolah menjadi pupuk, ternak cacing sebagai pakan unggas dan sampah plastik dapat juga diolah menjadi paving blok, kursi plastik dan barang-barang lainnya.

Sementara itu, Kepala Taman Budaya NTB, Baiq Rahmayati mengatakan, Taman Budaya sebagai rumah bagi seniman dan kebudayaan akan terus berupaya memberikan warna baru bagi NTB melalui pelestarian budaya.

Ia menjelaskan kali ini pentas kebangsaan melalui seni tradisi lintas etnis sebagai momentum peringatan 74 tahun kemerdekaan RI, yang menampilkan kesenian dari berbagai komunitas untuk mengejawantahkan rasa cinta kepadaTanah Air.

"Selama ini, Taman Budaya terus berupaya meningkatkan pameran kesenian untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, agar kedepanya mereka dapat memahami bahwa persatuan akan terwujud melalui keberagaman," katanya.

Ia berharap dengan adanya pentas kebangsaan ini dapat merajut persatuan dalam keberagaman seni dan budaya di NTB. Sehingga kerukunan antar etnis menjadi kekuatan untuk mewujudkan NTB gemilang di masa yang akan datang.

Adapun kesenian yang dipentaskan adalah kesenian barongsai etnis Tionghoa, etnis sunda, tari Rudat Sasak, seni tari Lunde Kamun Rapute dari Sumbawa, tarian Bima, dan ditutup dengan wayang Lalu Nasib.

Bahkan pertunjukan pentas ini juga disaksikan langsung oleh Norbertus Riantiarno yang akrab disapa Nano Riantiarno.

Nano Riantiarno adalah seorang aktor, penulis, sutradara, wartawan dan tokoh teater Indonesia sekaligus pendiri Teater Koma di Indoensia dan didampingi istri Ratna Riantiarno yang juga sebagai aktris, manajer seni pentas dan aktivis teater Indonesia hadir dalam kegiatan tersebut.

Baca juga: Pemprov NTB komitmen jadikan Taman Budaya "rumah" para seniman


Baca juga: Fesyen show digelar di Mandalika angkat budaya tenun Lombok

Baca juga: Musisi Malaysia-NTB kolaborasi Pentas Seni di Taman Budaya


 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019