Senior Vice President DigiCert Asia Pasifik Ray Garnie mengatakan, “Saat ini, semuanya dilakukan secara online dan dan saling terhubung dalam jaringan. Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet serta semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang mengalami digitalisasi dan memasuki era e-commerce, maka semakin banyak pula tantangan dalam keamanan digital.”
Menurut Digital 2019 Research, pengguna internet Indonesia kini mencapai 150 juta pengguna atau lebih dari setengah dari total populasi Indonesia. [1] Hampir 80% dari pengguna internet ini menjelajahi internet setiap hari dari ponsel dan laptop mereka, juga dari perangkat lain yang terhubung ke internet, seperti perangkat pintar. Badan Siber dan Sandi Negara melaporkan bahwa pada tahun 2018, Indonesia mengidentifikasi lebih dari 230 juta upaya serangan dunia maya yang menargetkan Indonesia. [2]
Masalah keamanan juga semakin meningkat di era di mana perangkat kini saling terkoneksi yang dihubungkan oleh Internet of Things (IoT). Menurut Symantec Internet Security Threat Report 2019, router dan kamera yang terhubung adalah sumber utama serangan IoT selama 2018. Pada saat bersamaan, sebuah studi baru menunjukkan bahwa teknologi kuantum dapat memecahkan enkripsi standar lebih cepat dari yang diperkirakan, dan hal ini menjadikan kebutuhan akan keamanan digital bahkan lebih mendesak.
Garnie melanjutkan, "Semua ini menunjuk pada kebutuhan mendesak bagi Indonesia untuk melangkah ke pendekatan yang lebih luas tentang bagaimana mengatasi keamanan digital."
DigiCert yakin terdapat kebutuhan untuk mempersiapkan para pelanggannya serta masyarakat untuk siap menghadapi ancaman keamanan digital yang kian meningkat, terutama dengan memastikan bahwa masyarakat menyadari dan memahami hal ini serta menerapkan praktik-praktik Internet yang aman seperti memahami berbagai jenis sertifikat dan otentikasi.
Selain meningkatkan pemahaman dan adopsi keamanan digital yang lebih luas, DigiCert juga membantu perusahaan dalam penerapan IoT yang future-proof (menjamin keselarasan dengan teknologi masa depan) melalui kerja sama dengan Microsoft Research dan perusahaan-perusahaan lainnya, peneliti akademis dan industri untuk meningkatkan pemahaman tentang algoritme enkripsi yang tahan terhadap serangan komputer kuantum (dikenal sebagai PQC/post cryptography quantum), yang dapat mengamankan komunikasi terenkripsi terhadap ancaman komputasi kuantum. DigiCert memimpin upaya ini dengan menyediakan bahan dan alat uji yang memungkinkan perusahaan-perusahaan menguji PQC dalam sistem mereka dan sedang mempersiapkan untuk menggunakan teknologi ini sebelum komputer kuantum memecahkan algoritme enkripsi saat ini (yang diprediksi oleh beberapa orang bahwa hal ini mungkin akan terjadi dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun mendatang).
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019