Presidium Majelis Ormas Islam (MOI), Mohammad Sidik mengatakan hal itu saat menyampaikan pernyataan sikapnya terkait radikalisme di Indonesia, di Kantor Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis.
Ia pun menolak penggiringan opini bahwa seolah-olah pelaku terorisme hanyalah dari umat Islam.
"Ini salah satu tujuan statement ini, untuk menolak tuduhan atau wacana yang mengarahkan ke umat islam dalam hal terorisme, karena itu tidak benar sama sekali dan tidak mewakili mainstream umat Islam, kita wasathiyyah," tuturnya.
Ketua Umum DDII ini pun mengimbau para tokoh untuk berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan atau wacana yang tidak tepat karena bisa menimbulkan kegaduhan kehidupan berbangsa.
Baca juga: BNPT nyatakan kearifan lokal ampuh tangkal paham radikal
Baca juga: Kominfo minta platform digital awasi konten radikal
Baca juga: Kominfo-BNPT sepakati kerja sama berantas terorisme
MOI mengharapkan semua pihak bersungguh-sungguh mengantisipasi dan mengatasi gerakan radikalisme melalui tindakan persuasif, dialog dan penegakan hukum.
Wakil Ketua Presidium MOI yang juga Ketua Umum Persatuan Umat Islam (PUI), Nazar Haris, menyebutkan, terdapat kesalahan konstruksi berfikir tentang radikalisme.
"Radikalisme tidak hanya terjadi di kalangan umat islam tapi bisa terjadi pada agama lain terlebih orang yang tidak beragama," katanya.
Radikalisme, kata dia, yaitu menolak NKRI, menolak dasar negara Pancasila dan UUD 1945, bersikap rasialis melakukan upaya melemahkan ketahanan nasional serta aktif melakukan disintegrasi.
MOI sendiri merupakan forum silaturahim ormas Islam yang terdiri dari DDII, PUI, Wahdah Islamiyah, Mathla'ul Anwar, Al Washliyah, Al Irsyad Al Islamiyah, Al Ittihadiyah, Hidayatullah, Ikatan Dai Indonesia, Persatuan Islam dan Syarekat Islam.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019