• Beranda
  • Berita
  • Pindah ibu kota, Kalimantan Timur bisa jadi "Bali Baru"

Pindah ibu kota, Kalimantan Timur bisa jadi "Bali Baru"

30 Agustus 2019 10:09 WIB
Pindah ibu kota, Kalimantan Timur bisa jadi "Bali Baru"
Para perempuan memakai pakaian tradisional dayak di Balikpapan, Kalimantan Timur (ANTARA FOTO/Novi Abdi/Koz/Spt/aa).

Perkembangan pariwisata di Kalimantan Timur akan meningkat seiring dengan masifnya pembangunan infrastuktur jalan, jembatan, maupun bandara...

Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur (Kaltim) akan mempengaruhi perkembangan sektor pariwisata di wilayah tersebut.

"Rencana pemindahan ibu kota akan berimbas secara positif pada perkembangan pariwisata di wilayah Kalimantan Timur," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Dia mengatakan pada masa mendatang bisa saja Kalimantan Timur akan menjadi "Bali baru" dan masuk dalam daftar destinasi pariwisata prioritas.

Bahkan, kata Chusmeru, tidak tertutup kemungkinan bahwa nantinya Kalimantan Timur akan menjadi destinasi super prioritas, khususnya di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

"Perkembangan pariwisata di Kalimantan Timur akan meningkat seiring dengan masifnya pembangunan infrastuktur jalan, jembatan, maupun bandara, sehingga aksesibilitas ke destinasi wisata yang ada juga secara otomatis akan semakin mudah," katanya.

Selain itu, kata dia, dengan menjadi ibu kota maka publikasi dan pemberitaan tentang wilayah Kalimantan Timur akan semakin sering. "Hal itu akan menjadi promosi secara tidak langsung bagi sektor pariwisata di wilayah Kalimantan Timur," katanya.

Dengan demikian, untuk mengantisipasi perkembangan pesat pariwisata di Kalimantan Timur pada masa mendatang, kata dia, maka para pemangku kepentingan perlu memperhatikan sejumlah hal.

"Pertama adalah mengenai kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang pariwisata, karena pariwisata adalah industri yang memerlukan keterampilan dan juga mentalitas pelayanan kepada wisatawan," katanya.

Kedua, adalah perlunya regulasi yang jelas dan tegas, agar pembangunan sektor pariwisata tetap terkendali, berdampak positif bagi program pelestarian seni dan budaya serta tidak merusak lingkungan di wilayah setempat.

Ketiga, kata dia, adalah perlunya pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan sektor pariwisata.

"Tujuannya tentu saja agar pengembangan pariwisata tidak sekadar menguntungkan investor, tetapi juga dapat berperan serta dalam menyejahterakan seluruh masyarakat di wilayah setempat," katanya.

Baca juga: Andalkan sejarah hingga batik, Surakarta garap potensi wisata MICE

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019