Diaspora Indonesia asal Papua mengharapkan situasi di Jayapura kembali pulih dan mengimbau semua pihak untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin melalui diskusi.harapan saya tidak ada rasisme lagi ya, tidak menyalahkan satu sama lain juga
"Harapan saya sebagai pendidik dan 'social activist' (aktivis sosial) adalah situasi boleh cepat kembali pulih sehingga anak-anak saya boleh kembali cepat bersekolah, dan masyarakat bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. Pihak-pihak yang terkait dalam 'tension' (ketegangan) yang ada boleh berdiskusi dengan kepala dingin sehingga menenangkan situasi, dan situasi dapat pulih normal," kata salah satu diaspora Indonesia, Billy Gracia Mambrasar saat berkunjung ke Kantor LKBN Antara, Jakarta, Jumat.
Billy yang lahir pada 17 Desember 1988 di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, mengimbau semua pihak untuk menghindari tindakan anarkis dan pengrusakan fasilitas demi keamanan dan kenyamanan masyarakat.
"Saran untuk semua pihak adalah penyelesaian perbedaaan pandangan dengan kepala dingin dan fokus pada solusi yang terbaik untuk manusia atau masyarakat Papua itu sendiri, jadi bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan mungkin usahakan kerusakan fasilitas atau anarkis sebaiknya dihindari karena yang akan sangat tidak diuntungkan dari kerusakan fasilitas ini adalah masyarakat sendiri yang mungkin tidak tahu apa-apa tentang konflik yang terjadi," ujar Billy yang mengenyam pendidikan S1 Teknik Pertambangan dan Perminyakan di Institut Teknologi Bandung.
Dengan beasiswa, Billy telah menyelesaikan pendidikan S2 di dua universitas yakni yang pertama di Australian National University untuk gelar Master of Business Administration, dan yang kedua Oxford University untuk jurusan Sustainable Business.
Billy juga akan melanjutkan pendidikan S3 jurusan Human Development di Harvard University dengan beasiswa LPDP.
Diaspora lain yang bernama Neas Wanimbo yang lahir di Tangma, Wamena, Papua pada 20 Juli 1995, mengimbau agar semua pihak menahan diri dan tidak saling menyalahkan satu sama lain untuk kebaikan bersama.
"Harapan saya tidak ada rasisme lagi ya, tidak menyalahkan satu sama lain juga, tapi kita bisa bersatu untuk yang lebih bagus," kata Neas yang menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Teknik Informatika di Tanri Abeng University di Jakarta Selatan pada 2017.
Sama dengan Billy, Neas juga berharap agar kondisi segera pulih di Jayapura seperti sedia kala sehingga masyarakat dapat kembali beraktivitas normal.
Dia juga menginginkan agar kejadian tersebut tidak terulang lagi karena konflik itu berdampak ke sejumlah area yang tentunya mengganggu kenyamanan dan ketentraman masyarakat.
Dia juga menginginkan agar semua pihak tidak mudah terprovokasi oleh hal-hal yang tidak benar.
"Untuk semua, jangan mudah terpengaruh dengan kondisi atau lingkungan yang ada, kita harus mencari tahu mana yang benar dan yang salah," ujarnya.
Sebelumnya, situasi Kota Jayapura di Provinsi Papua dan sekitarnya pada Jumat, setelah aksi demo jilid dua yang berlangsung Kamis (29/8), masih lumpuh dan warga tampak berjaga jaga di sejumlah lokasi.
Wartawan ANTARA melaporkan bahkan para pelajar sekolah juga diliburkan dan pusat perbelanjaan serta perkantoran tampak tidak beroperasi.
"Kami sengaja meliburkan anak-anak untuk sekolah karena kondisi tampak belum kondusif," kata Rima yang anaknya bersekolah di salah satu SMP di kawasan di Dok V Jayapura.
Baca juga: Papua Terkini - Warga Kota Jayapura sulit mendapatkan BBM
Baca juga: Pengamat anggap pengibaran bintang kejora untuk meluaskan konflik
Baca juga: Papua Terkini: Pasar Sentral dan TPI di Hamadi lengang
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019