Para profesional yang menyandang gelar profesi insinyur ternyata masih minim, karena sampai saat ini Indonesia masih membutuhkan tambahan 850 ribu insinyur untuk menopang program pembangunan.Sekarang baru sekitar 2.000-an insinyur profesional yang dicetak dari 42 perguruan tinggi penerima mandat melaksanakan Program Profesi Insinyur
Hal itu dikatakan Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr Ir H Yudi Firmanul Arifin saat membuka Seminar Nasional Keinsinyuran dan Rapat Kerja Nasional ke II yang diselenggarakan Forum Komunikasi Penyelenggara Program Profesi Insinyur Indonesia di Banjarmasin, Jumat (30/8).
"Sekarang baru sekitar 2.000-an insinyur profesional yang dicetak dari 42 perguruan tinggi penerima mandat melaksanakan Program Profesi Insinyur," terang Yudi.
Untuk itulah, kata dia, tantangan ke depan bagaimana perguruan tinggi dapat mendorong percepatan Insinyur ini agar semakin bertambah dengan kualitas yang tentunya mumpuni.
Baca juga: AFEO akan berikan penghargaan tertinggi kepada Presiden Jokowi
"Karena mengejar kuantitas jangan sampai mengesampingkan kualitas. Maka dari itu, pertemuan rutin seperti ini sangat bagus untuk menyamakan persepsi demi kemajuan Penyelenggara Program Profesi Insinyur di Indonesia," tandas Yudi yang mewakili Rektor ULM Prof Dr H Sutarto Hadi.
Dia juga berterima kasih atas kepercayaan pengurus forum Program Profesi Insinyur (PPI) yang telah menunjuk ULM sebagai tuan rumah hingga bisa berkumpul seluruh utusan dari 42 perguruan tinggi yang membuka Program Profesi Insinyur sejak tahun 2016 sesuai amanat Undang-Undang No 11 Tahun 2014.
Diketahui UU No 11/2014 tentang Keinsinyuran menegaskan bahwa gelar profesi di bidang keinsinyuran adalah Insinyur (“Ir”), yang dapat disandang seseorang dengan mengikuti Program Profesi Insinyur. Artinya, hanya mereka yang bergelar Insinyur (Ir) yang diizinkan melakukan praktik keinsinyuran.
Ketua Program Studi Program Profesi Insinyur ULM Prof Rusdi HA mengatakan, sekarang gelar sarjana Teknik saja tidak cukup. Untuk itu, diwajibkan mengambil program lanjutan Profesi Insinyur agar bisa bekerja sebagai seorang profesional di bidang keahliannya.
"Pertemuan ini sebagai sharing pengalaman karena dari sejumlah perguruan tinggi yang mendapatkan mandat, baru 27 yang jalan. Untuk ULM sendiri sudah angkatan keempat dan termasuk yang pertama mengawali Program Profesi Insinyur," pungkasnya.
Acara yang turut dihadiri Dekan Fakultas Teknik ULM Dr Bani Noor Muchamad itu dirangkai seminar nasional yang mendatangkan sejumlah pakar Keinsinyuran. Di antaranya Tim Ahli Keinsinyuran dan Dewan Insinyur Indonesia Prof Dr Ir Djoko Santoso, Direktur Eksekutif BANPT Prof T Basaruddin, Ketua Umum PPI Dr Ir Heru Dewanto serta Direktur PP Jakarta Ir Hasanin Ade Putra.
Baca juga: Bekas insinyur Google dituduh bersekongkol curi rahasia mobil otonom
Pewarta: Firman
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019