Biar saja beli tanah masih hutan. Didiamkan saja
Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah mengatakan, aset warga yang ada saat ini perlu dipertahankan dan jangan sampai warga terpinggirkan oleh konglomerat gara-gara persoalan jual-beli tanah di calon ibu kota baru.
“Saya kira harga tanah tidak sebesar isu yang terbangun sekarang. Media silahkan cek sendiri. Hanya isu berlebihan dibandingkan dengan kondisi harga sebenarnya,” kata Edi kepada ANTARA di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat.
Baca juga: Menteri ATR: tanah ibu kota baru sudah diamankan
Untuk urusan jual beli tanah ini ia akan segera berbicara dengan camat setempat untuk jangan terlalu mudah menjual tanah mereka, karena harus direncanakan dengan baik.
“Aset mereka yang existing perlu dipertahankan. Warga jangan sampai terpinggirkan oleh konglomerat,” ujar dia.
Menurut Edi, belum ada laporan sampai ke dirinya perihal kabar maraknya transaksi jual beli tanah di lokasi calon ibu kota baru. “Gambarannya masih normal. Sudah hukum alam saat mencari tanah pembeli minta harga rendah, penjual minta harga tingginya”.
Hingga saat ini, menurut dia, belum diketahui soal informasi detail titik koordinat ibu kota baru. Informasi yang diperoleh hanya berdasarkan pengumuman Presiden Joko Widodo pada Senin (26/8), yang menyebut lokasi ibu kota baru ada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Ia berharap media massa juga dapat mengedukasi masyarakat untuk tidak mudah menjual lahannya, karena dikhawatirkan ke depan hanya jadi penonton saja dan terpinggirkan.
Baca juga: Harga tanah bakal calon ibu kota naik empat kali lipat
Namun setelah pengumuman itu, menurut Puning (30), warga Sungai Merdeka, Kutai Kartanegara, orang-orang berbondong-bondong mencari tanah di sekitar wilayah Kecamatan Samboja dan Sepaku. Mobil-mobil mewah lalu-lalang setiap hari setelah pengumuman dikeluarkan.
Bahkan Puning yang asli orang Makassar pun baru dua hari lalu membeli satu hektare lahan bersertifikat di Desa Semoi IV, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. “Biar saja masih hutan. Didiamkan saja”.
Sekretaris Camat Sepaku Ahmad Bastian juga mengatakan hal serupa, bahwa hanya dalam beberapa hari sejak pengumuman lokasi ibu kota baru banyak sekali perorangan maupun perusahaan mendatangi warga, menanyakan tanah di sana yang hendak dijual.
Harga tanah melambung dengan cepat. Jika sebelumnya satu hektare lahan kosong dijual Rp17 juta hingga Rp25 juta, kini sudah ada yang membeli lahan setengah hektare seharga Rp500 juta.
Baca juga: Pindah ibu kota, "pemburu" tanah sambangi Sungai Merdeka hingga Semoi
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019