Gelaran Pekan Pustaka Palembang akan menampilkan naskah dan manuskrip kuno mengenai kekayaan literasi setempat 200 tahun lalu yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.sejak 200 tahun lalu sudah berkembang perpustakaan berbasis masyarakat lokal
Pegiat Literasi dari 'Apotek Buku Palembang' selaku penggagas pekan pustaka, Ahmad Subhan, Sabtu, mengatakan naskah dan manuskrip tersebut merupakan hasil pelacakanya dalam mengumpulkan bukti-bukti kejayaan literasi setempat.
"Dari hasil pelacakan kami, ternyata sejarah literasi di Kota Palembang cukup menarik dan membanggakan, sebab sejak 200 tahun lalu sudah berkembang perpustakaan berbasis masyarakat lokal dengan model yang tidak berbeda jauh seperti saat ini," ujar
Menurut dia pekan pustaka juga akan menampilkan buku-buku bersejarah yang banyak menjadi rujukan akademik dan peneliti dalam menggali kekayaan sejarah Palembang sebagai kota tertua di Indonesia, termasuk buku-buku mengenai Kerajaan Sriwijaya.
Ia mendapati dinamika perbukuan di Kota Palembang sebenarnya cukup semarak dengan banyaknya karya tulis para ulama dan bahkan Sultan Mahmud Badaruddin II sendiri, sehingga akan disepakati juga mengenai Hari Buku Palembang setiap 21 Agustus pada gelaran pustaka itu.
"Tanggal 21 Agustus merupakan hari di mana proses pencetakan Alquran tertua di Asia Tenggara selesai di Palembang, sehingga dapat dijadikan momentum meneruskan tradisi literasi yang sudah ada beratus-ratus tahun lalu," tambahnya.
Selain itu, gelaran pekan pustaka sengaja berlokasi di Museum SMB II karena ia ingin mengingatkan masyarakat Palembang bahwa kota tersebut pernah memiliki perpustakaan terbesar yang dimiliki Sultan Mahmud Badaruddin II di keratonnya (saat ini Benteng Kuto Besak).
"Dulu Belanda menghancurkan keratonya dan ingin menjarah berbagai manuskrip dari perpustakaan Sultan, namun manuskrip-manuskrip itu sudah dikeluarkan lebih dahulu dari keraton lalu serta disebarkan ke masyarakat, maka banyak manuskrip itu saat ini jadi koleksi pribadi masyarakat lokal," jelasnya.
Pekan Pustaka Palembang dibuka untuk umum mulai 1 September dan berakhir 8 September 2019 di Museum Nasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, selama gelaran turut hadir tokoh tokoh sejarah lokal yang akan mengupas tema-tema menarik.
Gelaran yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kota Palembang tersebut juga berisi kegiatan edukasi sejarah, seperti belajar Aksara Pallawa dan membaca Prasasti Kedukan Bukit, belajar Aksara Kaganga dan membaca Naskah Ulu, belajar Aksara Arab Melayu dan membaca Kolofon Alquran Cetak Palembang 1848.
Baca juga: Dari Tanah Ombak memantik budaya literasi
Baca juga: NoMad Garut berjuang bangun kesadaran masyarakat membaca buku
Baca juga: Safari gerakan nasional gemar membaca kuatkan budaya baca
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019