Aksi damai yang ditujukan untuk merespons situasi yang terjadi di Papua itu mengangkat tajuk "Kitorang Semua Basudara Indonesia Rumah Kita Bersama". Selain orasi sejumlah tokoh, acara itu juga diramaikan beragam pentas seni dan budaya dari para seniman serta mahasiswa luar daerah termasuk dari Papua dengan tema-tema perdamaian.
"Esensi aksi malam hari ini 'Kitorang Semua Basudara' sangat jelas bahwa masyarakat Yogyakarta tetap mencintai Papua dan masyarakat Yogyakarta menerima mahasiswa asal Papua untuk bersama-sama membangun bangsa," kata pemrakarsa aksi damai, Widihasto Wasana Putra.
Menurut Widihasto, melalui acara itu para tokoh dan elemen masyarakat di Yogyakarta ingin mengingatkan kembali bahwa Indonesia terdiri atas beragam suku, etnis, agama, serta kepercayaan yang sangat beragam. Dengan demikian diperlukan komitmen bersama untuk tetap menjaga keutuhan NKRI.
Ia berharap mahasiswa asal Papua yang belajar di Yogyakarta tetap tenang dan tidak terprovokasi hasutan oleh berita yang tidak benar serta mengabaikan permintaan pulang ke Papua.
"Karena di Yogyakarta damai-damai saja. Tidak ada rasisme, tidak ada ancaman terhadap mahasiswa Papua karena mereka juga bagian dari masyarakat Yogyakarta," kata Hasto.
Istri Gubernur DIY GKR Hemas berharap dengan posisi Yogyakarta sebagai barometer Indonesia, maka seluruh warganya harus tetap bisa menjaga toleransi terhadap setiap warga dari daerah lain yang datang ke Yogyakarta.
Menurut dia, banyak sekali generasi muda dari berbagai daerah termasuk Papua yang menuntut ilmu di Yogyakarta karena mereka ingin bersama-sama maju membangun Indonesia.
"Yogyakarta tentunya bisa menjadi kota bagi seluruh masyarakat di Indonesia," kata senator terpilih ini dalam orasinya.
Tokoh NU serta anggota DPD RI asal Yogyakarta, Hilmy Muhammad mengatakan Bangsa Indonesia memiliki modal besar untuk bersatu dan bersama-sama memamjukan Indonesia. Dengan demikian, diharapkan tidak mudah termakan hasutan yang bisa memecah belah bangsa.
"Karena 'rukun agawe santosa, crah agawe bubrah' (rukun-bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh)," kata Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ini.
Sejumlah spanduk terpasang di sekitar kegiatan aksi damai itu, antara lain bertuliskan "Papua Anak Kandung NKRI", "Jangan Biarkan Anasir Asing cerai beraikan NKRI", serta "Stop Rasisme-Stop Hoax".
Baca juga: Papua Terkini - Polda Papua olah TKP kasus demo berujung anarkis
Baca juga: Polres Manokwari gelar silaturrahim antar suku
Baca juga: Polda Jatim periksa 21 saksi kasus ujaran rasis ke mahasiswa Papua
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019