Ratusan nelayan di pesisir pantai selatan Cianjur, Jawa Barat, tetap melaut meskipun cuaca ekstrem dan gelombang tinggi dapat mengancam keselamatan mereka karena sudah lama menganggur.Semua pekerjaan sudah pasti berisiko termasuk melaut dalam kondisi cuaca seperti sekarang
Hadi (45), seorang tokoh nelayan Pantai Jayanti saat dihubungi Selasa, mengatakan akhir bulan Agustus sudah masuk musim ikan layur, sehingga nelayan mulai kembali melaut meskipun hanya beberapa kilometer dari bibir pantai.
"Sejak akhir bulan lalu, sudah masuk musim ikan layur, hanya sebagian kecil yang memaksakan diri melaut karena cuaca masih ekstrem dengan ketinggian gelombang mencapai tujuh meter," katanya.
Namun sejak satu pekan terakhir seratusan nelayan sudah kembali melaut, meskipun harus menantang maut karena tingginya gelombang dan cuaca berkabut tebal pada siang hingga sore menjelang.
"Minimnya alat keselamatan yang dimiliki masing-masing perahu menjadi resiko besar untuk nelayan yang berangkat melaut karena cuaca ekstrem seperti sekarang. Tapi biasanya ketika musim ikan cuaca akan berangsur normal," katanya.
Ia menuturkan sekali melaut satu perahu dapat maraup hasil hingga seratus kilogram lebih ikan jenis layur yang dijual Rp35.000 sampai Rp45.000 per kilogram di pelelangan ikan.
Rahmat (55) nelayan lainnya mengatakan karena sudah lama tidak melaut akibat cuaca ekstrem ditambah paceklik ikan, membuat dia dan nelayan lainnya memaksakan diri untuk melaut karena sudah lama menganggur dan utang menumpuk.
"Semua pekerjaan sudah pasti berisiko termasuk melaut dalam kondisi cuaca seperti sekarang. Namun kami tidak memiliki pilihan lain selain melaut, meskipun tidak sampai ke tengah yang penting mendapat hasil," katanya.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019