• Beranda
  • Berita
  • Facebook, Google bahas keamanan medsos untuk Pilpres AS 2020

Facebook, Google bahas keamanan medsos untuk Pilpres AS 2020

5 September 2019 09:57 WIB
Facebook, Google bahas keamanan medsos untuk Pilpres AS 2020
FILE PHOTO: Stiker-stiker logo Facebook di tampilkan di konferensi developer F8 Facebook Inc di San Jose, California, Amerika Serikat, 30 April, 2019. REUTERS/Stephen Lam/File Photo (reuters.com)

Raksasa internet Facebook, Google, Twitter dan perusahaan teknologi Microsoft bertemu dengan badan intelijen Amerika Serikat untuk membahas keamanan dunia maya menjelang pemilu presiden AS pada November 2020 mendatang.

"Tujuannya untuk merespons diskusi-diskusi sebelumnya dan memperkuat strategi kolaborasi tentang keamanan negara bagian AS, federal dan pemilu presiden 2020," kata kepala kebijakan keamanan siber di Facebook, Nathaniel Gleicher, dikutip dari Reuters.

Pertemuan tersebut diadakan di markas Facebook Menlo Park, dihadiri perwakilan FBI, Kantor Direktur Intelijen Nasional dan Departemen Keamanan Dalam Negeri pada Rabu (5/9) waktu setempat.

"Secara spesifik, peserta membahas bagaimana industri dan pemerintah dapat memperbaiki bagaimana kita berbagi informasi dan koordinasi respons kami untuk mendeteksi dan mencegah ancaman," kata Gleicher.

Juru bicara Twitter juga menyatakan pertemuan tersebut menbahas respons terhadap ancaman di dunia maya.

"Kami berkomitmen untuk melakukan tugas kami," kata Twitter.

Google, mengenai pertemuan tersebut, menyatakan sudah berinvestasi membuat sistem yang dapat mendeteksi phishing dan percobaan peretasan hingga mengidentifikasi intervensi asing di platform mereka.

"Teknologi hanya salah satu dari solusi tersebut," kata direktur Google untuk penegakan hukum dan informasi keamanan, Richard Salgado.

Sementara Microsoft menyatakan perlu ada kolaborasi untuk menjaga keamanan siber menjelang pemilu.

"Merupakan yang penting bagi industri, penegak hukum dan pemangku kepentingan lainnya untuk berkolaborasi mencegah ancaman terhadap integritas pemilu," kata Microsoft.

Media sosial mendapat kritik tajam saat pemilu AS 2016 lalu karena diduga menjadi tempat penyebaran propaganda asal Rusia yang membantu Presiden Donald Trump menang.

Rusia membantah tuduhan tersebut.


Baca juga: Facebook menghentikan fitur "tag suggestion" secara otomatis

Baca juga: Facebook Cafe gelar kampanye keamanan privasi pengguna

Baca juga: Facebook juga ingin sembunyikan "like"

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019