Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Ngupoyo Mina di Sleman, DI Yogyakarta, Suharyanto mengaku berhasil mendapatkan keuntungan hingga 50 persen setelah memproduksi pakan ikan mandiri untuk budidaya gurame dan patin, sejak menggeluti pembuatan pelet ikan sejak 2016.Dulu sebelum pakai pakan mandiri, saya hanya budidaya 2.000 gurame, sekarang sudah 6.000.
"Kita rata-rata setiap hari mencetak 150 kilogram hingga 200 kilogram pelet pakan mandiri. Untuk per bulan produksi enam juta kilogram," ujar Suharyanto kepada Antara, di Sleman, Jumat.
Menurut Suharyanto, pakan yang diproduksi, sebagian besar masih digunakan untuk memberi makan patin serta gurame milik 20 anggota kelompok Ngupoyo Mina. "80 persen dipakai kelompok, 20 persen kita jual ke kelompok luar," terang dia.
Suharyanto menjelaskan produksi setiap satu kilogram pelet hanya memakan biaya Rp3.800. "Kenapa pelet kami bisa murah? Karena kami juga memanfaatkan bahan-bahan lokal termurah," jelas dia.
Bahan-bahan tersebut di antaranya roti, kacang atom, serta limbah ikan tenggiri, layaknya kepala, ekor, dan tulang.
"Untuk limbah ikan kami dapatkan secara gratis. Setiap bulan bisa dapat sampai tiga ton limbah ikan," tutur Suharyanto.
Suharyanto mengatakan pakan ikan tersebut kemudian dijual sebesar Rp6.000 per kilogram, sehingga kelompoknya akan mendapatkan untung sekitar Rp2.200.
Menurut Suharyanto, keuntungan penjualan pelet itu memberikan dampak positif pada kegiatan budidaya ikan.
"Dulu sebelum pakai pakan mandiri, saya hanya budidaya 2.000 gurame, sekarang sudah 6.000. Setiap tahun bisa produksi minimal dua ton gurame," kata dia.
Sedangkan untuk patin, penambahan ikannya saat ini bisa mencapai 8.000 ekor, dari 2.000 menjadi 10.000 ekor.
"Sekarang, setiap panen saya dapat Rp60 juta, keuntungan saya Rp30 juta karena pakai pakan mandiri," ungkap Suharyanto.
Baca juga: DPR apresiasi program pakan mandiri sektor perikanan
Baca juga: KKP dorong pembudidaya ikan produksi pakan mandiri
Baca juga: KKP: Bantuan pakan mandiri turunkan biaya produksi
Pewarta: Agita Tarigan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019