Sepak bola yang sepi prestasi setelah mati suri

8 September 2019 16:49 WIB
Sepak bola yang sepi prestasi setelah mati suri
Pesepak bola Tim Nasional (Tim Nas) Indonesia U-19 mengikuti sesi latihan di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (6/9/2019). Latihan tersebut guna mempersiapkan fisik pertandingan laga persahabatan Timnas Indonesia U-19 melawan Iran U-19 pada Sabtu (7/9/2019), di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi. ANTARA FOTO/Risky Andrianto/pd

Sepak bola Indonesia pernah mengalami 'mati suri' setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menjatuhkan sanksi pada tahun 2015-2016.

Setelah hukuman ditarik, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induk seluruh kegiatan sepak bola di Indonesia berupaya membenahi diri, diawali dengan pemilihan serta pembentukan pengurus periode 2016-2020.

Angan-angan akan pencapaian-pencapaian membumbung tinggi, tetapi kenyataan tidak sesuai mimpi.

Sepak bola justru tenggelam dalam masalah-masalah yang lebih banyak datang dari luar lapangan.

Soal mafia sepak bola, kerusuhan antarsuporter, utang-utang yang tertunggak menjadi penghias media selama hampir lima tahun terakhir.

Prestasi lebih banyak dibahas di meja-meja diskusi. Tangga menuju ke sana samar terlihat karena kontroversi di luar lapangan tetap menjadi raja.

PSSI sebagai organisasi goyah ketika para petingginya ditangkapi polisi setelah marak beredar kasus pengaturan skor yang melukai sportivitas.

Ketua Umum PSSI pengganti Edy Rahmayadi yang mengunduran diri, Joko Driyono, divonis penjara selama 1,5 tahun setelah dinilai bersalah dalam kasus penghilangan barang bukti.

Bersama Joko, anggota komite eksekutif PSSI Johar Lin Eng turut masuk bui karena pengaturan skor. Begitu pula dengan Hidayat, anggota exco PSSI yang sebelum diperiksa polisi mengundurkan diri, yang wajib merasakan dinginnya lantai hotel prodeo.

Selain pejabat teras, elemen PSSI lain seperti anggota Komite Disiplin PSSI Dwi Irianto, eks anggota Komite Wasit PSSI Priyanto, direktur penugasan wasit PSSI Mansyur Lestaluhu, wasit futsal Anik Yuni Kartika Sari dan wasit Nurul Safarid juga dijebloskan ke penjara.

Kasus-kasus di atas menjadi alasan bagi PSSI untuk mengadakan kongres luar biasa (KLB) dan kongres pemilihan para petinggi PSSI yaitu 15 anggota komite eksekutif termasuk di dalamnya ketua umum.

KLB digelar pada Sabtu (27/7) di Jakarta dengan salah satu keputusan yaitu mempercepat kongres pemilihan dari rencananya akhir Januari 2020 menjadi 2 November 2019.

Keputusan itu mendapatkan pertanyaan dari FIFA melalui surat resminya. FIFA berharap kongres pemilihan tetap berlangsung di bulan Januari 2020 seperti kesepakatan mereka dengan PSSI dan AFC.

Akan tetapi, dari kabar yang beredar, PSSI tetap bersikukuh bahwa kongres pemilihan tetap pada 2 November 2019.

Suporter sampai utang

Permasalahan suporter di Indonesia tidak pernah ada habisnya. Kericuhan demi kericuhan terjadi, tak jarang menelan korban jiwa.

Bukan cuma antarklub, peristiwa terlarang seperti itu terjadi juga di laga level internasional. Terkini, tepatnya Kamis (5/9), mereka yang menyebut diri para penggemar tim nasional Indonesia melakukan keributan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, saat Indonesia menghadapi Malaysia dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Oknum suporter itu mengintimidasi pendukung timnas Malaysia secara verbal maupun fisik. Makian, lemparan kemasan minuman hingga bom asap mewarnai peristiwa tersebut.

Pertandingan sempat dihentikan, tetapi suporter tetap beringas usai laga. Mereka bahkan bentrok dengan polisi di luar stadion.

PSSI pun terancam sanksi dari FIFA. Namun, organisasi yang berdiri sejak 19 April 1930 itu siap menerima semua konsekuensi.

Meski demikian, PSSI menyadari bahwa keributan tersebut berpengaruh kepada pencalonan diri Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021.

Tiga hari sebelum laga itu, Senin (2/9). di Liga 2 Indonesia 2019, terjadi juga kericuhan suporter di laga Persik Kediri kontra PSIM Yogyakarta.

Kisah-kisah negatif itu berbaur dengan soal tunggakan utang PT Liga Indonesia Baru (LIB) kepada klub-klub peserta Liga 1 Indonesia 2018 yang belum juga tuntas sampai saat ini.

Manajer Media dan Hubungan Publik PT LIB Hanif Marjuni mengatakan, pelunasan utang itu akan dilunasi setelah pihak ketiga yaitu sponsor menunaikan kewajibannya.

"Targetnya akan diselesaikan sesuai jumlah dana yang masuk ke kami," kata Hanif.

Harapan

Di tengah sepinya prestasi, sepak bola masih mempunyai harapan. Setidak-tidaknya, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, ada beberapa trofi internasional yang digapai tim nasional Indonesia meski dari kelompok umur.

Indonesia menjadi juara di Piala AFF U-16 2018, kemudian merebut tahta kampiun di Piala AFF U-22 2019.

PSSI pun menambah liga kelompok umur sebagai wadah para pemain muda menunjukkan bakat dan mengembangkan kemampuannya.

Dari keberadaan Elite Pro Academy Liga 1 U-16 dan U-19 pada tahun 2018, kemudian berkembang menjadi Liga 1 U-16, Liga 1 U-18, Liga 1 U-20 serta Liga 1 Putri pada tahun 2019.

Demi menggalakkan peningkatan kualitas SDM sepak bola, PSSI pun marak mengadakan kursus wasit dan pelatih yang sampai tingkat AFC Pro.

Dari sisi pemerintah, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Persepakbolaan Nasional yang melibatkan banyak kementerian dan lembaga negara di dalamnya.

"PSSI menjadi harapan bangsa Indonesia agar sepak bola lebih berprestasi dan tim yang andal di semua daerah agar dapat mencapai Indonesia Emas 2045," kata Menpora Imam Nahrawi.

PSSI saat ini bersiap untuk langkah-langkah besar. Australia sudah dihubungi terkait rencana pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2034 selain pencalonan markas Piala Dunia U-20 2021 yang sudah masuk ke FIFA, di mana Indonesia bersaing dengan Brazil dan Peru.

Terdekat di tahun 2019, Indonesia akan bertanding di Kualifikasi Piala Asia U-16 dan U-19 2020. Bukan cuma itu, laga kualifikasi juga digelar di Indonesia.

Timnas U-16 dan U-19 ditargetkan lolos ke putaran final Piala Asia demi melancarkan tugas menuju Piala Dunia U-17 dan U-20.

Kemudian, tim nasional U-23 Indonesia akan berkompetisi di SEA Games 2019 yang berlangsung di Filipina.

PSSI berharap meraih medali emas di ajang tersebut, mengulangi prestasi tahun 1991, saat terakhir kali Indonesia merajai cabang olahraga sepak bola SEA Games.

Semoga Indonesia mampu mewujudkan mimpi tentunya dengan kerja keras dan fokus. Tanpa itu, semua target bisa meleset.

Baca juga: Indonesia miliki 20 pelatih lokal berlisensi AFC Pro

Baca juga: PSSI optimistis pertandingan melawan Thailand aman

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2019