Terlihat bahwa banyak titik panas atau hotspots karhutla di wilayah perbatasan Kalimantan Barat maupun di wilayah Serawak, Malaysia,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut tidak terdeteksi asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melintas batas (transboundary haze) ke Singapura dan Kuala Lumpur dari Sumatera.
Plt Kapusdatinmas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan BMKG mendeteksi asap karhutla melintas batas pada pukul 10.00 WIB, namun tidak lagi terlihat antara pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
Terlihat bahwa banyak titik panas atau hotspots karhutla di wilayah perbatasan Kalimantan Barat maupun di wilayah Serawak, Malaysia. Sehingga asap lintas batas tersebut kemungkinan besar merupakan gabungan dari asap karhutla di kedua wilayah tersebut.
Baca juga: Kebun pinang dan jahe di Pekanbaru ludes akibat kebakaran lahan
Sedangkan di wilayah Singapura dan Semenanjung Malaysia atau Kuala Lumpur, menurut dia tidak terdeteksi asap lintas batas dari Sumatera.
Pantauan titik panas kategori sedang dan tinggi pada 7 September 2019, pukul 07.00 WIB, di enam provinsi prioritas diketahui terdeteksi 201 di Riau, 84 di Jambi, 126 di Sumatera Selatan, 660 di Kalimantan Barat, 482 di Kalimantan Tengah dan 46 Kalimantan Selatan.
Sedangkan pantauan hotspot oleh LAPAN pada 8 September 2019, pukul 07.00 WIB, terdeteksi 85 di Riau, 127 di Jambi, 52 di Sumatera Selatan, 782 di Kalimantan Barat, 544 di Kalimantan Tengah dan 66 di Kalimantan Selatan.
Baca juga: Sumatera Selatan tingkatkan operasi udara untuk atasi karhutla
BNPB dan Pemerintah Daerah masih bekerja keras untuk memadamkan karhutla yang masih terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Untuk enam provinsi prioritas ia mengatakan BNPB menerjunkan 9.072 personil untuk patroli, sosialisasi, dan pemadaman darat.
Selain itu, ia mengemukakan juga dikerahkan 37 pesawat untuk water bombing dan patroli. Sedangkan di Provinsi Riau dikerahkan juga pesawat untuk operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan.
Baca juga: Kebakaran lahan gambut meluas di pesisir Riau
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019