• Beranda
  • Berita
  • Harga emas turun 3 hari beruntun, dipicu kenaikan yield obligasi AS

Harga emas turun 3 hari beruntun, dipicu kenaikan yield obligasi AS

10 September 2019 06:25 WIB
Harga emas turun 3 hari beruntun, dipicu kenaikan yield obligasi AS
Ilustrasi- Harga emas turun. (ANTARA)
Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange jatuh untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) membebani daya tarik aset-aset safe haven logam mulia.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember turun 4,4 dolar AS atau 0,29 persen, menjadi ditutup pada 1.511,1 dolar AS per ounce.

Imbal hasil surat utang pemerintah AS meningkat pada perdagangan Senin (9/9/2019), dengan imbal hasil obligasi 10-tahun AS naik 6 basis poin menjadi 1,6114 persen. Meningkatnya imbal hasil obligasi dapat menumpulkan kilau emas.

Namun, penurunan emas berjangka dibatasi oleh greenback yang lebih lemah. Indeks dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,16 persen menjadi 98,23 pada pukul 17.30 GMT sesaat sebelum penyelesaian perdagangan emas.

Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS melemah maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 4,8 sen atau 0,26 persen menjadi ditutup pada 18,167 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 5,8 dolar AS atau 0,61 persen, menjadi menetap pada 952,7 dolar AS per ounce.

Pada perdagangan akhir pekan lalu emas berjangka turun untuk sesi kedua berturut-turut, setelah Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell menawarkan pandangan positif tentang ekonomi Amerika Serikat, memperlemah permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti logam mulia.

Dalam pidatonya pada Jumat (6/9/2019), Powell mengatakan laporan pekerjaan merupakan pertanda kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja. Dia juga mengatakan prospek ekonomi tetap menguntungkan dan Federal Reserve "tidak memperkirakan atau mengharapkan resesi." Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

Baca juga: Bursa saham Spanyol menguat, Indeks IBEX-35 ditutup naik 20,50 poin

Baca juga: Bank Mandiri prediksi kurs rupiah berkisar Rp14.200 hingga akhir 2019

Baca juga: Rupiah menguat tajam, kian dekati Rp14.000 akibat sentimen positif


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019