PT Pertamina (Persero) akan menambah jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kompak yang menjadi pelaksana program BBM Satu Harga untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.Untuk SPBU Kompak di Sekotong, dan di Labangka, rencananya akhir September 2019 sudah beroperasi
"Kami akan tambah dua SPBU lagi, yakni di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, dan Labangka, Kabupaten Sumbawa," kata Sales Executive Retail XI PT Pertamina (Persero), Terminal BBM Ampenan, Sigit Wicaksono, di Mataram, Selasa.
Program BBM satu harga adalah kebijakan menyeragamkan harga jual resmi BBM sebesar Rp6.450 per liter premium dan Rp5.150 per liter solar di beberapa daerah pelosok Indonesia.
Kebijakan tersebut mengikuti pencabutan subsidi BBM dan pemberian penugasan kepada Pertamina untuk menyalurkan BBM ke daerah terpencil melalui pembangunan SPBU di tempat tersebut dan mengatur penyalurannya secara rutin baik melalui darat, laut, maupun udara.
Sigit menyebutkan pihaknya sudah menyelesaikan tujuh lembaga penyalur BBM satu harga yang tersebar di Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa, pada 2018. Ada juga SPBUN Kompak di Pelabuhan Perikanan Teluk Awang, Kabupaten Lombok Tengah, yang sudah beroperasi pada Juli 2019.
"Untuk SPBU Kompak di Sekotong, dan di Labangka, rencananya akhir September 2019 sudah beroperasi. Mudah-mudahan tidak ada hambatan," ujarnya.
Menurut dia, Kecamatan Sekotong dijadikan lokasi pembangunan SPBU pelaksana program BBM Satu Harga, karena jarak wilayah tersebut mencapai 19 kilometer dari SPBU terdekat di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat.
Begitu juga dengan masyarakat di wilayah Kecamatan Labangka, harus membeli bahan bakar minyak ke SPBU di Kecamatan Plampang, yang jaraknya 17 kilometer.
Sigit menambahkan Sekotong merupakan daerah dengan mayoritas penduduk petani dan nelayan yang membutuhkan bahan bakar minyak bersubsidi untuk mendukung usahanya. Begitu juga dengan warga di Labangka yang merupakan penghasil jagung.
"SPBU Kompak tersebut hanya menjual bahan bakar minyak jenis premium dan solar bersubsidi. Tapi ke depan, kita arahkan juga untuk menjual bahan bakar minyak non-subsidi seperti pertalite dan pertamax," katanya.
Baca juga: Kebijakan satu harga BBM harus dimaknai penyediaan energi terjangkau
Baca juga: Ketua DPD puji Presiden Jokowi tetapkan BBM satu harga
Pewarta: Awaludin
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019