"Potensi panas bumi Bonjol dengan kapasitas 60 megawatt sudah selesai dilelang, dan pengembangnya PT Medco, sekarang mereka sudah mulai survei awal," katanya saat mendampingi Dirjen EBTKE FX Sutijastoto meninjau PLTP Solok Selatan, Selasa.
Untuk pengembangan energi panas bumi di Sumbar, pengembang bisa belajar dari PT Supreme Energy di Solok Selatan dimana mereka sudah bisa mengidentifikasi masalah.
Misalnya penolakan oleh masyarakat bisa diselesaikan secara baik, penolakan terjadi karena pemahaman mereka belum tepat serta pendekatan sosial yang tidak tepat.
Oleh sebab itu katanya, sebelum PT Medco memulai hal teknis sebaiknya lakukan pendekatan dulu ke masyarakat.
"Keberhasilan Supreme Energi bisa jadi contoh bagi investor lain di Sumbar, yakni bagaimana melakukan pendekatan sosial yang baik," ujarnya.
Pendekatan sosial yang dilakukan katanya, harus sesuai dengan kebiasaan masyarakat sekitar dan itu bisa dilakukan dengan memberdayakan potensi di daerah itu.
Untuk pengelolaan panas bumi Bonjol di Pasaman katanya, pihaknya akan mengundang PT Supreme Energi untuk berbagi pengalaman bagaimana mereka sejak 2008 sudah mengidentifikasi masalah sosial dan membuat strategi penyelesaiannya.
Menurut dia dengan pendekatan sosial yang tepat, maka semuanya akan berjalan mudah dan pemahaman masyarakat juga tidak keliru.
Proyek panas bumi sendiri katanya merupakan proyek ramah lingkungan dan aman.
"Kalau 18 titik potensi panas bumi di Sumbar dikelola dengan baik, maka provinsi ini bisa jadi lumbung energi," ujarnya.
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019