"Pimpinan HIPMI ke depan harus mampu membawa organisasi menjadi mitra pemerintah termasuk menumbuhkan iklim ekonomi yang berpihak kepada sektor usaha di tengah-tengah melambatnya ekonomi global," kata Bahlil di Jakarta, Selasa (10/9) malam, menanggapi debat terakhir Caketum HIPMI yang diikuti tiga kandidat.
Bahlil berharap HIPMI dipimpin oleh orang yang memiliki kompetensi serta kepemimpinan dalam ekonomi nasional.
Menjelang Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Munas HIPMI) XVI dilaksanakan rangkaian kegiatan untuk memilih Caketum periode 2019-2022 meliputi kuliah umum, debat terbuka, serta uji kelayakan dan kepatutan.
Dalam debat final ketiga caketum yang tengah bersaing yakni: Bagas Adhadirgha (Ketua Bidang Luar Negeri dan Pariwisata BPP HIPMI), Ajib Hamdani (Wakil Bendahara Umum BPP HIPMI), dan Mardani H Maming (Wakil Bendahara Umum BPP HIPMI dan mantan Bupati Tanah Bumbu).
Acara dikemas selama satu jam dengan menghadirkan sejumlah panelis untuk menguji para kandidat. Ketiga panelis tersebut adalah Abdul Latief, Mantan Ketua HIPMI 1972-1973 yang juga pendiri HIPMI, Ahmad Erani Yustika S.E, M.Sc, Ekonom yang juga ahli di bidang pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Dr. Aviliani S.E, M.Si. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Terkait perlambatan ekonomi global, Bagas, Caketum nomor urut 1 memaparkan bahwa HIPMI akan menjadi organisasi servis dan mengadakan banyak pelatihan-pelatihan terutama di bidang teknologi informasi. HIPMI akan mendukung para pengusaha muda UKM dengan cara menjadikan HIPMI sebagai pusat inkubator sehingga UKM-UKM tersebut dapat terverifikasi baik dalam dan luar negeri.
Sedangkan Caketum nomor urut 2, Ajib menanggapi bahwa solusi tercepat menghadapi situasi ini adalah dengan investasi. Untuk itu pemerintah harus memiliki komitmen jelas terutama masalah regulasi. Apabila jelas, maka perdagangan akan baik. Selain itu program edukasi juga akan tetap dijalankan.
Kemudian menurut Caketum nomor urut 3, Mardani, saat ini Indonesia boleh bangga bahwa banyak start-up terkenal berasal dari Indonesia walaupun kini tidak 100% persen dikuasai anak bangsa. Hal tersebut akan menjadi perhatian HIPMI dengan mendorong negara untuk mengambil alih, dengan cara mewajibkan start up tersebut membuka perbankannya di Indonesia.
Di sesi Tanya Jawab terakhir, panelis Abdul Latief menanyakan kiat-kiat para Caketum dalam mengembangkan entrepreneurship yang nasionalistik ini serta bagaimana HIPMI harus bersikap agar stabilitas terhadap pemerintah terus terjaga.
Puncak Munas HIPMI XVI akan berlangsung di Jakarta pada tanggal 16 – 18 September mendatang dan menurut rencana akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan dihadiri oleh lebih dari 2.000 pengusaha muda dari seluruh Indonesia.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019