Delegasi Thailand yang mengikuti Pertemuan ke-15 Pejabat Tinggi ASEAN untuk Urusan Kebudayaan dan Kesenian (the 15th ASEAN Senior Officials Meeting for Culture and Arts/SOMCA and Related Meetings), menyebut identitas ASEAN harus menyoroti keberagaman.
Narasi tentang identitas ASEAN diusulkan oleh Indonesia yang mengetuai SOMCA ke-15, sebagai upaya untuk mendorong rasa kebersamaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat di kawasan mengenai ASEAN.
Deputi Direktur Seni dan Budaya Kontemporer Kementerian Kebudayaan Thailand Darunee Thamapodol mengatakan SOMCA sebagai program yang tepat untuk mendiskusikan identitas ASEAN---sebuah narasi yang telah disebut-sebut sejak lama tanpa orang mengetahui arti sebenarnya.
Menurut Darunee, yang ditemui di sela-sela ASEAN SOMCA di Yogyakarta, Rabu, identitas ASEAN sebenarnya dapat dilihat dari budaya Asia Tenggara pada masa lalu yang dilandasi kesadaran bahwa ASEAN tidak hanya mencerminkan satu identitas tertentu.
“Jadi identitas ASEAN dapat diidentifikasi sebagai karakter ASEAN yang beragam, bukan hanya kita memiliki satu hal yang sama,” kata dia.
Salah satu contoh yang bisa mencerminkan identitas ASEAN adalah cerita Ramayana, yang diwarisi oleh masyarakat Thailand, Indonesia, Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Meskipun jalan ceritanya sama, masyarakat di masing-masing negara tersebut menentukan sendiri karakter-karakter yang dipresentasikan dengan cara berbeda.
Thailand, yang telah menetapkan 2019 sebagai Tahun Kebudayaan ASEAN, telah berupaya memperkenalkan konsep keberagaman ini melalui pertunjukan “ASEAN Ramayana” yang ditampilkan di Eropa dan sejumlah mitra wicara seperti Jepang, Korea Selatan, dan China.
Baca juga: Indonesia tuan rumah pertemuan pejabat ASEAN bidang kebudayaan
“Para penampil mempertunjukkan ASEAN Ramayana dengan keragaman karakter, tetapi kami mewakili akar budaya yang sama yaitu Ramayana. Ini dilakukan agar masyarakat di luar kawasan melihat ASEAN sebagai satu kesatuan, bukan ASEAN sebagai 10 negara,” tutur Darunee.
Sependapat dengan delegasi Thailand, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid mengatakan bahwa pada dasarnya perwakilan dari seluruh anggota ASEAN menerima usulan identitas ASEAN yang digaungkan Indonesia.
“Kita menerima, ada kesediaan untuk bekerjasama walaupun tahu ada perbedaan, tetapi bagaimana caranya mendahulukan persamaan daripada perbedaan atau bekerjasama dengan kesadaran penuh bahwa kita berbeda,” tutur Hilmar.
Rancangan mengenai identitas ASEAN yang diajukan oleh Indonesia ini merupakan hasil diskusi dari sejumlah organisasi masyarakat sipil, yang telah dikonsultasikan dengan 10 negara anggota selama dua bulan.
Narasi ini tidak hanya dibahas dalam SOMCA ke-15, tetapi ditargetkan untuk diadopsi oleh para pemimpin negara anggota dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2020.
Jika narasi mengenai identitas ASEAN disepakati oleh seluruh negara anggota, maka akan membantu proses memasyarakatkan ASEAN, yang selama ini hanya dipahami oleh kalangan terbatas seperti pemerintah, mahasiswa, media, akademisi, dan universitas.
Pertemuan ASEAN SOMCA tahun ini diikuti delegasi dari 10 negara ASEAN yakni Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam; serta tiga negara mitra yaitu Jepang, Korea Selatan, dan China.
Baca juga: Indonesia ajak ASEAN memasyarakatkan nilai-nilai bersama
Baca juga: Konjen India luncurkan perangko Ramayana di Bali
Baca juga: Sendratari Ramayana Prambanan tampil di Paris
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019