PT Barata Indonesia (Persero) menargetkan peningkatan ekspor hingga 100 persen pada 2019 dari nilai 2018 sebesar Rp280 miliar melalui keberadaan pusat fasilitas permesinan berat atau heavy machining center yang diresmikan Menteri BUMN Rini M Soemarno di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu.Keberadaan HMC bisa menguatkan Barata Indonesia menjadi perusahaan yang berskala global
Direktur Utama Barata Indonesia Oksarlidady Arifin di Gresik mengatakan heavy machining center (HMC) merupakan hasil sinergi BUMN bersama PT Boma Bisma Indra (Persero) sebagai kontraktor, PT Krakatau Steel (Persero) sebagai pemasok material baja dan PT LEN Industri (Persero) sebagai kontraktor PLTS atap.
"Keberadaan HMC juga akan kami gunakan untuk lini produksi baru kami, yakni roda kereta api, yang akan kami eksekusi secara bertahap, diawali dengan proses machining roda pada akhir tahun 2019 ini," katanya.
Ia berharap, keberadaan HMC bisa menguatkan Barata Indonesia menjadi perusahaan yang berskala global, tanpa mengesampingkan partisipasinya dalam pembangunan infrastruktur dalam negeri.
"Ke depan workshop HMC juga diprediksi akan menambah kapasitas produksi perusahaan, yakni bertambah 20 ribu ton per tahun," katanya.
Dady, panggilan akrab Oksarlidady, mengatakan, keberadaan HMC adalah hasil dari keberadaan program penyertaan modal negara (PMN).
"Kami sampaikan Barata Indonesia mendapatkan tambahan dana PMN tahun 2016 sebesar Rp500 miliar, dan akan meningkatkan kapasitas pabrik pengecoran dari kapasitas sebelumnya 10.800 ton per tahun menjadi 21.000 ton per tahun pada tahun 2021. Dan saat ini, kapasitas telah meningkat menjadi 15.000 ton per tahun," katanya.
Selain itu, workshop HMC dilengkapi fasilitas mesin CNC bending untuk material baja dengan ketebalan 120 milimeter dengan kapasitas terbesar di Indonesia yang diharapkan bisa dimanfaatkan bersama PT PAL Indonesia (Persero) untuk pengerjaan fabrikasi kapal selam.
Ia berharap dengan adanya HMC, Barata Indonesia menjadi perusahaan manufaktur berskala global dan terus aktif partisipasi dalam pembangunan infrastruktur dalam negeri.
Sementara itu, pada acara yang sama juga dilakukan penandatanganan kerja sama yang melibatkan sinergi 10 BUMN yaitu PT Pindad dan PT BBI untuk ekskavator dan traktor multiguna, PT KAI dan PT INKA untuk roda kereta api, PT Krakatau Steel untuk penyediaan produk baja.
Selain itu, PT LEN Industri untuk solar panel, PT INUKI untuk industri nuklir, PT Dahana untuk penelitian dan pengembangan aplikasi produk energetic material, PT BGR untuk logistik dan pengelolaan aset nonproduktif, PT Pesonna Indonesia Jaya (Subsidiaries PT Pegadaian) untuk pengelolaan aset nonproduktif.
Baca juga: Menteri BUMN dorong kemandirian dalam pembuatan mesin
Baca juga: Barata Indonesia ekspor komponen turbin ke Australia
Baca juga: Barata Indonesia ekspor komponen industri semen ke Maroko
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019