Hasil itu di satu sisi menjadi kejutan karena Amerika adalah tim juara bertahan dua edisi, namun di lain pihak mereka tiba di China dengan kekuatan compang camping karena banyak bintang NBA menolak tampil mementingkan ego dan klubnya semata.
Baca juga: Prancis capai perempat final usai menangi laga ketat kontra Lithuania
Prancis dan Amerika sebetulnya tampil cukup imbang dari beberapa sektor statistik. Hanya saja, Prancis lebih piawai memanfaatkan lemparan bebas dengan mengkonversi 21 dari 25 kesempatan dibandingkan Amerika yang hanya meraih 14 poin dari 21 kesempatan, demikian catatan laman resmi FIBA.
Rudy Gobert menjadi bintang kemenangan Prancis lewat catatan dwiganda 21 poin dan 16 rebound yang dibukukannya, dibantu 22 poin milik Evan Fournier, 18 poin Nando de Colo serta 11 poin Frank Ntilikina.
Sebaliknya Donovan Mitchell menjalani penampilan terbaik bersama Amerika di China lewat 29 poin dan enam rebound, namun hal itu tak cukup menghindarkan timnya dari nasib buruk.
Bantuan hanya datang berupa 11 poin dari Marcus Smart, 10 poin Kemba Walker dan sembilan poin Jaylen Brown, sisanya tak ada kontribusi mentereng mengingat Jayson Tatum harus menghabiskan waktu di bangku cadangan.
Baca juga: Gobert tegaskan Prancis tak cuma mau numpang main di China
Prancis membuka pertandingan dengan percaya diri saat layup Andrew Albicy mengungguli Amerika 12-8 sekira lima menit 23 detik usai lemparan mula, namun kedudukan kuarter pertama berakhir sama kuat 18-18.
Memasuki kuarter kedua, Prancis tampil semakin percaya diri dan klinis hingga bisa memegang keunggulan cukup meyakinkan 45-37 pada sisa waktu 18 detik lewat dua lemparan bebas Nando de Colo.
Sebuah layup buzzer-beater dari Mitchell membantu Amerika memangkas jarak menjadi 39-45 kala menutup paruh pertama pertandingan.
Kemenangan itu mengantarkan Prancis bertemu dengan tim yang belum terkalahkan Argentina, di babak semifinal di Beijing, Jumat (13/9).
Baca juga: Bermodal keyakinan dan keberanian, Argentina taklukkan Serbia
Prancis berusaha menjaga bahkan menambah keunggulan tersebut memasuki kuarter ketiga. Sebuah four point play yang sukses dilakukan Nicolas Batum berhasil memperlebar jarak keunggulan Prancis 51-41 pada semenit awal kuarter ketiga.
Namun, Amerika justru memulai momentum kebangkitan mereka sejak saat itu. Perlahan tapi pasti mereka merangsek mengejar ketertinggalan dan sukses berbalik ungggul 63-62 lewat tiga lemparan bebas Marcus Smart pada sisa waktu satu menit 40 detik.
Amerika mempertahankannya hingga menutup kuarter ketiga dalam keadaan unggul 66-63 atas Prancis.
Laga kuarter keempat kian memanas dan Amerika sempat menjauh 72-65 lewat step back jump shot Walker pada sisa waktu delapan menit 11 detik.
Akan tetapi, Prancis tidak serta merta patah semangat. Tembakan tripoin Frank Ntilikina membuat kedudukan imbang 76-76 pada sisa waktu empat menit 35 detik dan lantas sebuah dunk Rudy Gobert membuat Prancis unggul 80-76 hingga memaksa Gregg Popovich meminta waktu time out untuk Amerika pada sisa waktu dua menit 52 detik.
Baca juga: Popovich bilang Amerika menjadi lebih baik usai kalahkan Yunani
Alih-alih mengatasi masalah, Smart membuang dua kesempatan lemparan bebas dan Prancis menambah keunggulan 82-76 pada sisa waktu dua menit lewat tembakan Ntilikina.
Mental selanjutnya berperan besar pada sisa waktu yang ada, Walker dengan cerdik memaksa Gobert melanggarnya dalam situasi tripoin demi memperoleh kesempatan lemparan bebas, namun hanya satu saja yang berbuah poin mengubah skor menjadi 79-84 pada sisa waktu 42 detik.
Sebaliknya Prancis dengan dingin mengawal keunggulan yang mereka miliki bahkan menambahnya untuk menutup pertandingan dengan kemenangan 89-79 atas Amerika.
Baca juga: Spanyol sudahi langkah bersejarah Polandia di perempat final
Baca juga: Jadwal perempat final, Ceko beruntung
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019