"Pak Habibie ikut meletakkan dasar-dasar demokrasi, bukan hanya secara teori melainkan dalam sikapnya yang demokratis," kata Komaruddin saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Komaruddin mengatakan saat menjadi pemenang, Habibie selalu membuka ruang untuk kritik bagi dirinya. Sementara ketika menjadi pihak yang kalah, Habibie mengambil sikap yang legawa.
Menurut Komaruddin, Habibie adalah seorang demokrat dalam sikap dan perilaku. Saat tidak lagi menjabat sebagai presiden, Habibie tetap memberikan perhatian untuk bangsa dan negara.
Baca juga: Habibie Wafat - Din Syamsudin serukan salat Gaib untuk Habibie
Baca juga: Habibie wafat - Syafi'i Ma'arif terkenang cerita tentang Ainun
"Beliau selalu memberikan kritik yang positif konstruktif. Tidak ingin menjatuhkan, apalagi membenci, siapa pun. Beliau adalah figur negarawan yang saat ini semakin langka di Indonesia," tuturnya.
Komaruddin mengatakan saat demokrasi di Indonesia berkembang seperti saat ini, seharusnya bisa muncul figur-figur demokrat seperti Habibie.
"Beliau juga seorang agamis tetapi inklusif. Seorang Muslim yang taat tetapi tidak sektarian," katanya.
Komaruddin memiliki kenangan pribadi bersama Habibie saat pernah tiga kali diundang memberikan ceramah pada acara mengenang mendiang Hasri Ainun Besari, istri Habibie.
"Roman cinta Habibie-Ainun lebih historis dan teruji ketimbang Romeo-Juliet yang bunuh diri sebelum membangun rumah tangga," ujarnya.
Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia pada Rabu sore di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta sejak Minggu (1/9).
Baca juga: Dubes Havas sampaikan belasungkawa atas wafatnya B.J. Habibie
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019