Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta kepada masyarakat untuk terus mewaspadai sebaran asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Indonesia khususnya Sumatera dan Kalimantan.Jumlah titik panas itu berdasarkan hasil pemantauan citra Satelit Terra, Aqua, Suomi-NPP, NOAA-20 dan Satelit Himawari-8 (JMA) selama kurun 1 hingga 10 September 2019,
Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, BMKG mengidentifikasi setidaknya terdapat 6.255 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Jumlah titik panas itu berdasarkan hasil pemantauan citra Satelit Terra, Aqua, Suomi-NPP, NOAA-20 dan Satelit Himawari-8 (JMA) selama kurun 1 hingga 10 September 2019.
Baca juga: 1.211 titik panas Karhutla "kepung" Sumatera
Hasil monitoring BMKG, terdapat juga jumlah titik panas di berbagai wilayah ASEAN dengan tren cenderung naik.
Terpantau mulai tanggal 1 September sebanyak 381 titik naik menjadi 787 titik pada 4 September 2019. Kemudian angka sempat turun menjadi 513 titik pada 6 September 2019 dan kembali naik menjadi 829 titik pada 10 September 2019.
Lokasi dari titik panas tersebut di antaranya berada di wilayah Indonesia (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan). Hotspot juga terdeteksi di Malaysia (Semenanjung Malaysia dan Serawak), Thailand, Filipina, Papua Nugini, Vietnam, dan Timor Leste.
Baca juga: Peningkatan titik panas di wilayah ASEAN picu akumulasi asap Karhutla
Terdeteksi pula asap di semenanjung Malaysia, tepatnya di zona yang cukup banyak titik-titik panas lokal di semenanjung tersebut pada tanggal 11 September 2019.
BMKG mengimbau kepedulian seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan karena potensi terjadinya titik panas dan asap diprediksi masih dapat berlangsung hingga pertengahan Oktober 2019.
Hal itu seiring dengan masih berlangsungnya periode musim kemarau di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Baca juga: BMKG deteksi 2.510 titik panas Karhutla di ASEAN
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019