"Di negara-negara yang sudah maju seperti Korea Selatan dan Jepang, sektor litbang swasta menyumbang GERD (Gross Expenditure on Research and Development) terbesar dari pada litbang pemerintah," katanya saat membuka National Expo for Science and Technology (NEST) di Jakarta, Kamis.
Di Indonesia, menurut dia, mayoritas belanja litbang masih berasal dari pemerintah, dengan nilai belanja litbang pemerintah sekitar Rp34,7 triliun atau 82,88 persen dari keseluruhan belanja untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.
GERD atau belanja litbang per Pendapatan Domestik Bruto (PDB) meliputi pengeluaran pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan lembaga swadaya masyarakat untuk kegiatan litbang.
Tahun 2018, GERD Indonesia berada pada angka 0,28 persen dengan nilai Rp41,82 triliun, naik dari 0,25 persen tahun 2016. Angka tersebut dinilai masih rendah dibandingkan dengan GERD negara-negara lain di Asia Tenggara.
"Adanya UU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat menjadi momentum dalam memberikan pengaruh terhadap kenaikan GERD ke depannya, karena salah satu yang diamanahkan dalam UU itu adalah mencakup dana riset," kata Nasir.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati mengatakan bahwa angka GERD merupakan salah satu indikator perkembangan iptek di suatu negara.
Indonesia melakukan perhitungan GERD dengan metode survei, penandaan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah berbasis keluaran litbang, dan data sekunder yang ada di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Baca juga:
Belanja Litbang Indonesia naik jadi 0,25 persen dalam tiga tahun
Belanja riset Indonesia sekitar Rp30,8 triliun menurut data pemerintah
Pewarta: Indriani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019