• Beranda
  • Berita
  • Kepala BKKBN: Jangan fokus dampak stunting di hilir

Kepala BKKBN: Jangan fokus dampak stunting di hilir

12 September 2019 21:08 WIB
Kepala BKKBN: Jangan fokus dampak stunting di hilir
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan harus ada upaya mengobati stunting di sisi hulu persoalan . (ANTARA/HO-BKKBN)

suami dan istri harus mempersiapkan diri juga dengan memperhatikan kesehatannya

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo mengatakan agar semua pihak jangan terlalu terfokus pada penanganan dampak stunting atau kekerdilan di hilir masalah, melainkan harus menyelesaikannya di hulu persoalan.

"Tentang stunting saya harap kita jangan ribut dampaknya di hilir tapi di era modern ini kita bisa memikirkan yang di hulunya, jangan sampai kita akhirnya hanya berusaha mengobati data, yang harus kita lakukan adalah mengobati penyebabnya," kata Hasto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Hasto dalam Musyawarah Nasional (Munas) Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) mengatakan banyak faktor yang menyebabkan anak kerdil justru sangat dipengaruhi dari kesehatan dan kondisi fisik orang tua.

Baca juga: Pakar: Cegah stunting dengan memantau tumbuh kembang

Salah satunya adalah memperhatikan jarak kehamilan satu dengan kehamilan selanjutnya. Menurut Hasto, hal ini menyebabkan resiko kematian ibu dan bayi akan naik apabila jarak antar kehamilan sangat dekat. Jarak kehamilan yg dekat ini juga dapat mempengaruhi terjadinya stunting dan persoalan lainnya.

"Mencegah stunting harus dari bayi yang belum lahir sampai dengan bayi yang sudah lahir sampai pada 1.000 hari pertama kehidupan. Suami dan istri harus mempersiapkan diri juga dengan memperhatikan kesehatannya," ujar dia.

Dia mencontohkan kesehatan suami yang perokok dapat berpengaruh pada kualitas sperma, bibit sperma yang tidak bagus bisa mempengaruhi kualitas janin yang akan dihasilkan.

Baca juga: Pakar: cegah "stunting" sejak anak dalam kandungan

Hasto yang berlatar belakang dokter spesialis kebidanan dan kandungan mengungkapkan bahwa bayi dibentuk plasenta hanya dalam waktu 16 minggu. Oleh karena itu plasenta akan menentukan pembentukan bayi yang unggul atau tidak. "Maka pada perempuan dan ibu perlu ada asupan vitamin, zat besi, asam folat sejak sebelum hamil," ungkap Hasto.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan, upaya yang saat ini dilakukan BKKBN untuk mencegah stunting diantaranya melalui Bina Keluarga Balita (Bina Keluarga Balita) kemudian melalui Keluarga Berencana sebagai upaya untuk pengaturan jarak kehamilan.

Bina Keluarga Balita (BKB) bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral. Pelaksanaan layanan BKB saat ini sudah terintegrasi dengan layanan Posyandu dan PAUD.

Hasto menambahkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melalui Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, mengurangi kemiskinan, dan mencapai kebahagiaan.

Yaitu melalui pembentukan struktur umur yang seimbang dalam keluarga, menjaga kesehatan reproduksi ibu, meningkatkan gizi dan pendidikan anak.

Baca juga: Pakar: stunting bukan karena gen tapi faktor lingkungan
 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019