Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, memprediksi November 2019 hujan mulai rata, sehingga daerah yang awalnya mengalami kekeringan bisa mendapatkan air.jadi, kemarau ini bencana tidak tampak
"Sesuai analisa BMKG awal Oktober ada hujan tapi di Malang, Lumajang, Banyuwangi. Nanti November hujan merata," kata Kepala Pelaksana BPBD Jatim Suban Wahyudiono saat di Kediri, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengatakan sejumlah daerah di Jatim mengalami kering kritis, hingga terdapat 24 kabupaten, 180 kecamatan dan 566 desa. Kering kritis dimaksudkan bahwa persediaan air per orang per hari kurang dari 10 liter, termasuk mereka mengambil air dengan lokasi cukup jauh hingga 3 kilometer dari rumah bahkan lebih.
Beberapa daerah yang kesulitan air bersih misalnya Sampang, hingga 67 desa yang kering kritis, Tuban 55 desa. Kabupaten lainnya adalah Pacitan, Ngawi, Lamongan, dan sejumlah daerah lain.
Menurut dia, kondisi daerah yang mengalami kering kritis karena faktor demografi. Mayoritas mereka tinggal di daerah dataran tinggi, sehingga saat kemarau air sulit didapat.
"Memang di pegunungan, dataran tinggi. Dari 556 desa, ada 199 desa yang tidak ada potensi air, sisanya ada. Yang tidak ada potensi air, di bor tidak bisa, sumber tidak ada. Misalnya di Mojokerto, harus ke Gunung Penanggungan (1.653 m dpl) itu 15 kilometer jauhnya," kata dia.
Pihaknya menambahkan BPBD Provinsi Jatim koordinasi dengan BPBD di kota maupun kabupaten untuk keperluan pengiriman air. Hingga kini, sudah sekitar 11 ribu rit dengan isi 6 ribu liter per tangki telah didistribusikan ke warga yang kesulitan air bersih.
Proses distribusi air terus dilakukan hingga kebutuhan warga tercukupi dan hujan mulai datang. Dengan itu, masyarakat yang kekurangan air bersih bisa mencukupi kebutuhan untuk keperluan sehari-hari.
Ia juga mengingatkan saat kemarau selain ancaman kekeringan, juga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Bahkan, intensitas kejadian kebakaran juga cukup tinggi, dimana per satu pekan laporan yang masuk kebakaran di wilayah Jatim antara 20-23 kali.
"Bayangkan satu pekan 20-23 kali tapi itu bisa dipadamkan. Kalau kebakaran yang paling penting segera dipadamkan. Kebakaran hutan ini tidak kalah hebatnya. Jadi, kemarau ini bencana tidak tampak," kata dia.
Ia mengatakan, banyak faktor yang memicu terjadinya bencana kebakaran hutan, salah satunya faktor manusia yang merokok di kawasan hutan lalu putung rokok dibuang, membuat api unggun, hingga berburu hewan yang terkadang memakai teknik membakar ilalang.
Untuk itu, ia berharap masyarakat semakin meningkatkan kesadaran akan potensi bencana dan tidak melakukan hal-hal yang bisa merusak lingkungan.
BPBD Jatim berkunjung ke Kediri dalam agenda kunjungan lapang kelurahan tangguh bencana di Kelurahan Ketami, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. BPBD Kota Kediri juga melakukan simulasi penanganan bencana kebakaran lahan pertanian.
Dalam simulasi, bahkan warga ada yang terluka. Warga juga harus mengungsikan ternak mereka, agar selamat dari kobaran api. Petugas dari dinas kesehatan yang mendapatkan laporan ada warga yang terluka langsung datang dan memberikan pengobatan.
Simulasi itu juga bagian dari penilaian dalam kunjungan lapang kelurahan tangguh bencana tersebut. Kediri termasuk satu dari 12 kota/kabupaten yang mendapatkan penilaian bagus dari BPBD Provinsi Jatim untuk kelurahan tangguh bencana.
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019