"Kabut asap makin tebal, musim kemarau masih panjang, sehingga karhutla tidak bisa lagi dicegah dan satu-satunya yang bisa meredam kabut asap adalah hujan," kata Nurul Ihsan kepada pers di Pekanbaru, Jumat.
Baca juga: Kabut asap hambat pelayaran di Sungai Kayan, Kalimantan Utara
Menurut dia, hujan adalah haknya Allah SWT sehingga sebagai makhluk kita wajib memohon pada-Nya dengan terus berikhtiar dan berserah diri meminta agar Allah SWT menurunkan hujan.
Ia mengatakan, tentunya kerja keras pihak-pihak terkait tidak bisa kita abaikan namun demikian pengurus segera ajak jamaahnya untuk bersama melaksanakan Shalat Istisqa tersebut agar hujan segera turun.
"Shalat Istisqa adalah upaya kita memohon kepada Allah SWT turunnya hujan karena kebutuhan air sangat mendesak untuk memadamkan karhutla di Riau," katanya.
Baca juga: 50 ton garam disiapkan untuk modifikasi cuaca di Kalimantan Barat
Shalat Istisqa hukumnya sunnah muakkadah dan sebelum melaksanakan Shalat Istisqa diharapkan semua jamaah memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah dilakukan, karena dosa-dosa tersebut yang menjauhkan kaum dari rahmat-Nya, dijauhkan dari hujan, didatangkan keprihatinan, paceklik dan berbagai macam cobaan menakutkan lainnya.
Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau semakin pekat dan membuat jarak pandang di sejumlah daerah turun drastis hanya berkisar 200 hingga 400 meter pada Jumat pagi.
"Jarak pandang paling buruk pada pagi ini di Kabupaten Pelalawan hanya 200 meter," kata Staf Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin Sulianto.
Baca juga: Kabut asap Karhutla kian pekat, jarak pandang di Riau hanya 200 meter
Ia menjelaskan, jarak pandang anjlok pada pukul 07.00 WIB. Di Kota Pekanbaru jarak pandang hanya 300 meter, begitu juga di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu sekitar 300 meter dan Kota Dumai jarak pandang 400 meter.
Selang dua jam atau pukul 09.00 WIB, kata Bibin lagi, jarak pandang di Pekanbaru naik jadi 800 meter dan Pelalawan juga mulai membaik tapi masih di angka 300 meter.
Pewarta: Frislidia
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019