• Beranda
  • Berita
  • Pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik berdampak gelombang tinggi

Pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik berdampak gelombang tinggi

13 September 2019 11:39 WIB
Pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik berdampak gelombang tinggi
Nelayan menjaring udang dan lobster di Pesisir Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Minggu (1/9/2019). Sebagian nelayan tradisional memanfaatkan gelombang tinggi untuk menangkap udang dan lobster dengan jaring lempar atau jaring kecrik di sepanjang pesisir pantai dengan hasil tangkapan berkisar 5-10 kilogram. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi yang akan terjadi di beberapa wilayah perairan di Indonesia karena terdampak pusat tekanan rendah 998 hPa di Samudra Pasifik timur Filipina.

Informasi dari Kabag Humas BMKG Taufan Maulana yang diterima di Jakarta, Jumat, kondisi tersebut bisa berdampak tinggi gelombang 1,25 meter hingga 4 meter dalam beberapa hari ke depan.

Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya dari Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan 4-30 knot sedangkan di wilayah selatan Indonesia dari Timur-Tenggara dengan kecepatan 4-25 Knot.

Baca juga: BMKG: Badai tropis Lingling picu gelombang perairan Indonesia

Baca juga: BMKG: Tinggi gelombang laut selatan Jateng-DIY enam meter


Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan selatan Banten, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda, Perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud, Perairan Halmahera, Perairan Sorong - Raja Ampat, Perairan Sermata - Tanimbar, Perairan Kei - Aru, Perairan Merauke, dan Laut Arafuru. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.

Dari hasil pantauan BMKG, perairan di Indonesia yang diperkirakan akan mengalami gelombang tinggi 2,50-4 meter yaitu Perairan Barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Laut Maluku bagian Utara, Perairan Bengkulu hingga Barat Lampung, Perairan Timur Bitung-Sitaro, Samudra Hindia Barat Sumatera.

Lalu di Laut Halmahera, Selat Sunda bagian Selatan, Perairan Selatan Kepulauan Sermata hingga Kepulauan Tanimbar, Perairan Selatan Jawa hingga Pulau Lombok, Perairan Selatan Kepulauan Kai hingga Kepulauan Aru, Selat Bali - Lombok bagian Selatan Laut Arafuru, Perairan Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.

Sementara perairan di Indonesia yang diperkiraan mengalami gelombang tinggi 1,25-2,50 meter atau kategori sedang yaitu Selat Malaka bagian Utara, Perairan Kepulauan Selayar - Kepulauan Sabalana, Perairan Utara Sabang, Laut Flores, Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan Kepulauan Baubau - Wakatobi Teluk Tolo, Perairan Barat Aceh, Perairan Manui-Kendari, Perairan Timur Keyp Mentawai.

Kondisi yang sama juga diperkirakan terjadi di Perairan Selatan Kepulauan Sula hingga Kepulauan Banggai, Perairan Selatan Pulau Sumbawa hingga Pulau Sumba Laut Banda dan Laut Seram, Selat Sumba, Perairan Selatan Ambon, Perairan Pulau Sawu hingga Pulau Rotte – Kupang, Perairan Utara Kepulauan Sermata - Kepulauan Tanimbar, Laut Timor Selatan NTT dan Laut Sawu.

Serta di Perairan Utara Kepulauan Kai hingga Kepulauan Aru, Laut Natuna Utara dan Laut Natuna, Perairan Fakfak-Kaimana-Amamapere, Perairan Utara Pulau Bangka, Laut Sulawesi, Selat Karimata dan Laut Jawa, Perairan Selatan Sulawesi Utara, Perairan Utara Pulau Madura hingga Kepulauan Kangean.

Juga di Laut Maluku bagian Selatan, Perairan Selatan Kalimantan, Perairan Halmahera, Perairan Kotabaru hingga Balikpapan, Perairan Sorong – Raja Ampat, Selat Makassar, Perairan Jayapura, Perairan Kalimantan Utara, dan Samudra Pasifik Utara Papua.

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Untuk itu, BMKG selalu mengimbau masyarakat terutama yang tinggal atau beraktivitas di pesisir seperti nelayan yang menggunakan perahu untuk mewaspadai kecepatan angin dan tinggi gelombang.

Baca juga: BMKG: waspadai gelombang tinggi hingga empat meter di Indonesia

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019